Bangun tidur mataku sembab setelah kejadian yang ku alami semalam. Mas Tama bertingkah seperti biasa, seolah olah semalam tidak terjadi apa - apa.
Aku ke dapur hanya untuk minum saat semua orang sedang sarapan termasuk ada Mas Danu disana. Entah sejak kapan orang itu berada di rumahku.
"Kamu nggak makan Ra?" tanya Mas Danu
"Masih kenyang"
Sekilas aku melihatnya memakai pakaian formal, terlihat rapi dengan baju batiknya.
Aku kembali ke kamarku untuk mengambil tas dan kunci motorku.
"Mas Tama nyuruh kamu mandi dan siap - siap buat kondangan sama Danu" ujar Mbak Rima yang berpapasan denganku di tangga
"Mbak Rima nggak tahu apa yang terjadi semalam sampai mataku sembab? Aku mau ke rumah Tia, mau nenangin diri"
Mas Tama menghadangku di bawah.
"Mau kemana?"
"Ke rumah Tia ngerjain skripsi"
"Skripsi apa? Kamu nggak bawa laptop Ra!"
"Dek, ayah pusing mikirin kamu semalam. Jangan buat ayah drop ya. Kali ini aja turuti kemauan Mas Tama" bisik Ibu
"Permintaan mana yang pernah aku tolak Bu? Semuanya aku ikuti. Bahkan kuliah di jurusan ini aku turuti" sanggahku
"Ra"
Mas Tama memanggil namaku dengan nada pelan dan sangat halus masuk ke telingaku.
Segera aku bergegas mandi dan bersiap siap. Sebelum Mas Tama naik pitam.
Ku kira Mas Danu kesini bawa motor seperti biasanya ternyata ia membawa mobil.
"Mas, aku tidur ya jadi nggak usah diajak ngobrol" tuturku begitu masuk dalam mobilnya
"Hubungan kamu sama dokter Yuda sudah sejauh mana?" tanyanya
"Mas Danu mau tahu?"
Mas Danu mengangguk.
"Tinggal selangkah lagi aku nikah dengan dokter Yuda. Lebih tepatnya setelah aku wisuda"
Mas Danu tertawa.
"Ada yang lucu?"
"Tapi orangtua kamu nggak setuju Ra. Ayah kamu keberatan, Ibu kamu nggak mau anaknya dinikahi duda. Mas Tama juga nolak dokter Yuda"
"Mas Danu bertanya hanya untuk menjelaskan hal itu? Aneh. Aku juga tahu itu"
"Lantas mengapa kamu masih berharap dengan dokter Yuda?"
Aku terdiam. Mataku sedang menikmati pemandangan.
"Besok malam aku lamar kamu Ra"
Aku tertawa mendengarnya.
"Aku serius Fira. Besok akan ku bawa keluarga ku ke rumah kamu. Ayah Ibu setuju. Mas Tama yang nentuin tanggalnya"
"Yaudah Mas Danu nikah aja sama Mas Tama. Kalian berdua yang semangat akan hal ini. Lagipula Mas Danu juga nggak ngomong apapun sama aku"
"Karena aku tahu kamu sedang sakit hati. Mama dari itu aku nggak mau merusak suasana hati kamu"
Aku terdiam. Energiku sudah habis. Aku tidak ingin berdebat kali ini.
Selama dua tahun aku menjalin hubungan dengan dokter Yuda sama sekali tidak pernah dokter Yuda memegang pinggang ku. Pegangan tangan saja itupun hanya sebentar. Pelukan saja singkat, itupun aku duluan yang memeluknya. Tentunya setelah mendapat ijin dari beliau.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memilih Menikahi Duda
Short StoryDimata orang lain mungkin keputusan ku salah, namun buatku ini adalah keputusan yang terbaik bagiku. Karena hidupku tentang apa kata ku, bukan tentang apa kata mereka. Hidupku aku sendiri yang menentukan, bukan mereka yang menentukannya. Buatku, kam...