Sebelum kembali ke rumah dokter Yuda terlebih dahulu kami mampir ke rumah Mama untuk menjemput Zahra.
Di rumah Mama kami disambut oleh kue pukis buatan Mama.
Dokter Yuda langsung mengambil satu suapan.
"Enak Ma. Yuda boleh bawa pulang ya Ma?"
"Nanti Mama bawain, mama buat banyak karena memang kesukaan kamu"
Kue pukis yang kumakan tertahan di tenggorokan. Segera aku ke dapur untuk mencari minum.
Ternyata kue pukis itu makanan kesukaannya dokter Yuda. Salah banget tadi pagi aku menolak ajakannya untuk membeli kue pukis. Pasti dokter Yuda kecewa denganku. Ternyata masih banyak yang belum aku tahu dari beliau.
Terlihat Zahra sedang merenung di tepi kolam sambil berbincang dengan para ikan.
"Hai Zahra"
Zahra terkejut atas kehadiranku.
"Mama kesini sama Papa?"
Mama??? Agak terdengar aneh di telingaku. Tapi ya mungkin Zahra sudah di breafing terlebih dulu.
"Iya sama Papa mau jemput kamu. Kita pulang ke rumah ya"
Zahra langsung memelukku untungnya aku bisa menahan hentakan tubuhnya Zahra kalau tidak sudah pasti kami tercebur ke kolam ikan.
"Zahra pikir Zahra bakal selamanya sama nenek dan nggak bisa serumah lagi sama Papa"
"Ya enggak dong Zahra. Zahra sama Papa kan sudah satu paket nggak bisa dipisahkan oleh apapun dan siapapun. Papa Zahra akan tetap jadi milik Zahra"
"Sayang kakak cantik" satu kecupan dari mulut mungil Zahra mendarat di pipiku
"Kalian ngapain disini?" tanya Tia
"Onty kepo" ejek Zahra
"Ehh siapa yang ngajarin? Emang tahu 'kepo' artinya apa?" tanya Tia
"Ingin tahu" jawabku
"Nah itu maksud Zahra"
Melihat kehadiran dokter Yuda, Zahra langsung berlari dan memeluk beliau.
"Kok bisa ya dalam sekejap Zahra ceria kembali padahal sebelumnya dia murung nggak tahu kenapa. Pantesan Mas Yuda milih kamu Ra. Kamu hebat" ungkap Tia
"Aku nggak seperti yang kamu bilang Ti. Kurang ku masih banyak. Aku boleh minta tolong nggak? Catatin apa yang disuka dan nggak disuka Mas Yuda. Kebiasaan apa yang sering dilakukan Mas Yuda. Pokoknya apapun tentang Mas Yuda. Kamu tulis dibuku atau kirim WhatsApp terserah kamu. Pokoknya hari ini ya Ti"
"Lumayan banyak juga ya Ra permintaan kamu"
"Please Ti. Minta tolong banget" tuturku sambil memasang muka memelas
"Iya kakak ipar"
Kami masuk ke rumah bergabung dengan yang lainnya di meja makan. Sebelum aku makan terlebih dulu yang aku lakukan adalah melayani suamiku dengan mengisi piringnya.
Setelah selesai makan barulah kami berpamitan untuk pulang. Dalam perjalanan ke rumah dokter Yuda tiba - tiba saja hatiku terbesit untuk melakukan suatu hal.
"Mas boleh berhenti dulu nggak?"
"Kenapa Ra? Kamu mau kembali ke rumah Ibu?" tanya dokter Yuda
"Nggak Mas. Tapi ada hal yang harus saya sampaikan"
"Empat mata" lirihku
Dokter Yuda menepikan mobilnya di sebuah minimarket.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memilih Menikahi Duda
Short StoryDimata orang lain mungkin keputusan ku salah, namun buatku ini adalah keputusan yang terbaik bagiku. Karena hidupku tentang apa kata ku, bukan tentang apa kata mereka. Hidupku aku sendiri yang menentukan, bukan mereka yang menentukannya. Buatku, kam...