Ternyata Mas Danu kemarin langsung pulang ke rumahnya tanpa pamit pada kami semua. Pagi buta Mas Tama beserta keluarga kecilnya datang menjenguk ku.
Begitu datang ia langsung marah besar padaku atas kelakuan konyolku kemarin. Ayah dan Ibu pulang untuk bersih bersih dan mengambil baju ganti untukku. Selang ingusku sudah dilepas, hari ini aku bisa mandi. Aku mandi dibantu oleh Mbak Rima.
"Kamu kenapa bahayain diri kamu sendiri sih dek? Mas Tama marah banget begitu dapat kabar dari Danu" dumel Mbak Rima
"Mbak Rima sayang nggak sama Mas Tama?" tanyaku
Mbak Rima berhenti menyisir rambutku " kok kamu tanya gitu? Jelas Mbak Rima sayang dan cinta sama Mas Tama, kalau nggak cinta mana mau Mbak Rima dinikahin Mas Tama sampai punya anak"
Perlahan aku turun dari bed.
"Mbak Rima rela ngorbanin nyawa Mbak Rima saat melahirkan Rakha, buah cinta kalian berdua. Sama halnya dengan aku Mbak. Aku rela nukar nyawa aku demi keselamatan Mas Yuda"
"Dek, hubungan kamu sama dokter Yuda nggak ada yang merestui. Ayah Ibu sudah nolak dokter Yuda!" jelas Mbak Rima
Mas Tama datang bersama Rakha yang digendongnya.
"Satu rumah sakit ngomongin kamu Ra. Cewek kegatelan dan gila profesi sama dokter. Semua orang tahu kamu sudah lamaran dengan Danu, tapi kenapa kamu masih ngejar dokter Yuda terus?!!!"
"Aku ngejar cinta aku Mas"
Mas Tama menyerahkan Rakha pada Mbak Rima. Mereka berdua keluar ruang rawat ku. Bersamaan dengan itu dokter Yuda masuk ke ruang rawat ku.
"Saya kesini nggak mau cari masalah. Saya hanya mau ngasih obat ke Fira" ungkap dokter Yuda
Saat dokter Yuda berjalan ke arahku, punggungnya ditahan oleh Mas Tama.
"Mas udah ya! Kemarin Mas Danu udah mukulin dokter Yuda, aku nggak mau Mas Tama juga ikutan! Dokter Yuda yang bawa aku ke rumah sakit, bahkan beliau juga ikut saat aku di operasi" jelasku
"Dokter Yuda juga yang menyebabkan kamu hampir mati" timpal Mas Tama
Perlahan aku mendekat ke arah dokter Yuda.
"Kali ini saja Mas. Biarkan Fira menentukan pilihan Fira. Fira punya kehidupan sendiri dan hanya Fira yang berhak mengaturnya"
Dokter Yuda berhasil menggapai tanganku yang bertumpu padanya.
"Kamu mau kemana Ra? Hati - hati sama luka kamu, kalau capek istirahat jangan dipaksa"
"Saya bisa jalan dok. Saya mau keluar sama dokter cari udara segar di taman"
Mas Tama langsung menarik tubuhku menjauh dari dokter Yuda.
"Sama Mas aja" tuturnya
Pada akhirnya dokter Yuda berpamitan.
Aku mendorong tubuh Mas Tama menjauh dariku "Tinggalin aku sendiri Mas!" tegasku
Bukannya pergi Mas Tama malah duduk di sebelahku.
"Mas bingung sama kamu. Apa kelebihan dan istimewanya Dokter Yuda sampai kamu hilang akal seperti ini?"
Aku mengambil duduk di samping Mas Tama. Mulai menatapnya dan menggenggam tangannya.
"Fira nggak hilang akal Mas. Fira cuma kehilangan arah. Fira kehilangan sosok lelaki yang sangat mengerti dan bisa pahami Fira. Sosok yang belum pernah Fira temukan pada lelaki manapun termasuk pada diri Mas Danu. Fira udah coba buka hati untuk Mas Danu tapi nggak bisa Mas. Apa mendapatkan duda itu sebuah malapetaka bagi aku? Apa memilih menikahi duda sebuah dosa? Nggak kan Mas? Mas Tama dan yang lainnya keberatan karena malu kalau aku menikah dengan duda beranak satu. Tapi ini hidup aku Mas. Aku berhak menentukannya. Apa kalian masih belum puas mengatur hidupku? Dari kecil sampai sekarang aku selalu nurut, tapi untuk masa depanku tolong biar Fira yang nentuin sendiri"
KAMU SEDANG MEMBACA
Memilih Menikahi Duda
Short StoryDimata orang lain mungkin keputusan ku salah, namun buatku ini adalah keputusan yang terbaik bagiku. Karena hidupku tentang apa kata ku, bukan tentang apa kata mereka. Hidupku aku sendiri yang menentukan, bukan mereka yang menentukannya. Buatku, kam...