Anak Baik

3.7K 70 3
                                    

Terlihat sesosok pria tengah duduk diatas jok motorku. Melihatnya membuatku mengurungkan niat untuk segera pulang. Aku memilih untuk memutar arah menuju kantin untuk mengisi perutku yang sedari tadi pagi belum terisi.

"Fira"

Mendengar namaku terpanggil aku menengok ke sumber suara. Ternyata teman - teman kampusku yang masih bergibah ria di depan pintu masuk Graha Rumah Sakit.

"Shif apa Ra?" tanya Tia

"Perdana shif malam, mau pulang di parkiran masih ada Pandu. Mana itu anak nangkring di motorku lagi" keluhku

"Kasian tahu Ra, anak orang di php in" celetuk Danar

"Siapa yang ngasih harapan?! Aku emang dari dulu nggak mau sama Pandu. Jalan aja nggak pernah" tegasku

"Terus maunya sama siapa? Jomblo kok akut" sindir Zha - zha

"Mikirin tugas aja udah pusing, nggak mau nambah beban lagi aku"

"Udah guys, biarin Pandu kepanasan di parkiran. Mendingan kita makan, isi tenaga dulu buat tempur nanti" ujar Danar

Kamipun berangkat ke kantin untuk makan siang.

"Ra, mana bukumu biar aku kasih nama" pinta Salsa

"Dinamain ya jangan dikasih gambar" ledekku

Salsa memang pandai menggambar, gambar anatominya segala bagus diantara yang lainnya.

"Buku pertangungjawaban aku kok nggak ada ya?" tanyaku mulai panik ketika tidak menemukannya dalam ranselku

"Serius Ra? Cari yang benar!" pinta Danar

"Serius nggak ada. Kalian lanjutin aja makannya. Biar aku aja yang nyari" tuturku yang kemudian beranjak pergi

Ku telusur kemana saja tadi kakiku melangkah, barangkali buku ku benar terjatuh. Bukunya memang tipis tapi sangat berharga buatku. Di dalamnya terdapat tanda tangan kepala ruang, absensi ku selama tiga bulan di Rumah sakit, serta ceklist askep apa apa aja yang telah ku lampaui. Kalau bisa diperbanyak mungkin tadi aku sudah meminjam milik Danar untukku fotocopy.

"Kakak cantik cari buku ini?" ujar gadis cantik yang kira - kira masih berusia empat tahun

Reflek aku memeluk adek tersebut.

"Alhamdulillah, makasih ya dek"

"Tadi Zahra nemuin buku ini jatuh di dekatnya pohon kak, terus Zahra lihat kakak kakak yang bajunya mirip kakak cantik semua bawa buku ini. Tapi Zahra bingung, soalnya dibukunya nggak ada namanya" jelasnya

"Sekali kali makasih ya dek udah jagain buku kakak, karena kamu udah baik sama kakak. Mau kakak belikan ice cream?"

"Enggak kak, kata Papa Zahra enggak boleh makan ice cream banyak banyak nanti batuk"

"Kak, Astagfirullah halladzim. Mainnya jangan jauh - jauh! Nanti mbak dimarai Papa lagi" tegur wanita paruh baya berseragam tosca

"Iya mbak, Zahra cuma ngembalikan buku milik kakak cantik aja"

"Kakak cantik kenalin, ini mbak jijah. Embaknya Zahra"

"Mbak maaf ya kalau Zahra ganggu, saya permisi dulu ya"

"Nggak kok Mbak, justru Zahra udah bantuin saya. Anaknya baik, pasti Mama Papanya bangga sama Zahra"

"Mari Mbak"

"Fira"

Aku mengambil napas panjang ketika mendengar suara itu.

"Nanti aku jemput boleh?"

"Pandu, aku bisa kok berangkat sendiri. Lagipula jalanan juga ramai. Aku pulang duluan ya, mau nyiapkan badan buat nanti malam. Duluan ya"

Namaku Fira Pricillia. Biasa dipanggil Fira. Mahasiswi semester empat di sekolah kesehatan swasta yang saat ini sedang melaksanakan praktek di Rumah Sakit swasta untuk pertama kalinya.

Lelaki yang menawariku jemputan tadi bernama Pandu. Mantan playboy yang tobat secara tiba - tiba sejak mengalami cidera patah tulang pada tangan kirinya setelah mengalami kecelakaan sepulang dari kampus. Dan aku adalah penerima amanah dari Bapak Hilman selaku dosen mata kuliah ilmu penyakit yang sekaligus Papi dari saudara Pandu untuk membantu Pandu belajar di rumah supaya tidak tertinggal banyak materi.

Setelah pulang dari kampus, aku menyempatkan waktu untuk mampir ke rumah Pandu. Terkadang kalau Pandu belum minum obat atau lupa belum meminumnya aku yang menyiapkan obat dan makanannya. Kalau ditanya Maminya Pandu kemana, akan aku jawab Maminya sibuk menghabiskan uang. Karena memang pada kenyataannya begitu. Kadang saat aku hendak pulang, Maminya baru sampai rumah dengan menenteng banyak tas belanja.

"Mami belanja lagi?" tanya Pandu


"Iyalah, uang uang Mami ngapain kamu protes?!"


"Mami nggak pernah protes kalau kamu suka modif motor, kenapa kamu protes ke mami kalau mami suka belanja??!"


"Emmn... Tante, Pandu. Berhubung sudah malam, Fira pamit pulang duluan ya"

Sudah biasa saat aku akan berpamitan pulang diiringi perdebatan antara Pandu dan Maminya.

Memilih Menikahi DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang