Salah Besar

510 14 0
                                    

Aku termenung di dalam kamarku. Dua bulan telah berlalu tapi aku masih dihantui oleh rasa bersalahku. Semenjak kejadian aku kehilangan cincin nikah hidupku menjadi tidak tenang. Meskipun dokter Yuda tidak marah waktu aku memberitahunya bahwa cincinku hilang saat aku mandi.

Bohong. Aku sengaja melepas cincin yang melingkar di jari manisku kala aku bertemu Firman. Saat aku kembali ke rumah aku memakainya lagi.


Tia sibuk dengan profesinya. Setiap aku ingin bercerita pada dokter Yuda selalu ada gangguan yang datang. Tidak lain adalah konsulan dari pasiennya. Dan yang paling berkesan dalam ingatanku adalah ketika kami sedang melakukan ritual pasutri tiba tiba ada telpon masuk dan saat itu juga dokter Yuda meninggalkan ku begitu saja.

Aku tidak selingkuh dengan Firman sebab aku tidak memiliki perasaan dengannya. Aku masih mencintai dokter Yuda.

Pagi ini selepas aku mengantar Zahra, aku akan bertemu dengan Firman. Aku akan mengakui statusku yang sebenarnya. Aku nggak ingin dihantui rasa bersalah dan takut yang berlebihan setiap harinya.


"Hay Ra, tumben kamu datang lebih dulu daripada aku" ujar Firman

"Aku minta maaf ya sama kamu. Aku mau jujur sama kamu bahwa selama ini sebenarnya aku udah nikah. Aku udah bersuami" ungkapku tanpa basa basi

"Ra lelucon kamu nggak seru loh. Aku baru sampai loh ini"

"Aku serius Firman" ku buka ponselku untuk mencari foto pernikahanku

"Kamu lihat sendiri. Disitu banyak fotoku bersama suamiku dan anakku"

Firman terdiam. Aku mulai menceritakan semua hal yang ku sembunyikan darinya selama ini. Bahkan alasanku kenapa sering mengajaknya keluar.

"Kamu boleh marah sama aku"

Firman menggenggam tanganku yang ada diatas meja.

"Aku nggak akan marah sama kamu Ra. Kamu masih bisa cerita kok sama aku kalau kamu mau"


"FIRA!!" Firman langsung melepaskan tangannya

Entah darimana datangnya Tia.


"Kalian berdua ngapain pegangan tangan?! Dari awal aku udah peringatan kamu ya Ra. Tapi apa yang kamu lakuin sama lelaki ini?" Tia sangat marah terhadapku


"Ti aku bisa jelasin, yang kamu lihat nggak seperti yang kamu pikirkan"

Tia menepis tanganku dengan kasar sebelum ia pergi.

Saat aku hendak mengikuti Tia, Firman menahanku.

"Biarin teman kamu emosinya mereda dulu"

"Dia bukan cuma sekedar temanku tapi juga adik iparku, adiknya dokter Yuda. Makanya dia sensitif waktu pertama kali ketemu kamu" jelasku


Perasaanku tidak karuan. Aku ingin pulang tapi Firman menahanku. Aku nggak tahu apa yang akan terjadi nanti. Aku takut untuk pulang dan bertemu dokter Yuda tapi aku juga tidak bisa menghindar dari masalah ini.

"Aku harus pulang"

Firman lagi lagi menahanku.

"Tunggu dulu Ra" Firman sama sekali tidak melepaskan cekalan tangannya dariku


"Tunggu apa lagi? Tunggu aku diceraikan sama suamiku? Itu yang kamu mau? Kamu udah lama nahan aku disini! Aku nggak mau kehilangan dokter Yuda. Dokter Yuda sangat berarti buat aku" ungkapku dengan penuh emosi

Memilih Menikahi DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang