Unboxing

1.5K 31 0
                                    

Setelah seluruh keluarga pulang. Tinggallah aku seorang diri di kamarku yang telah di dekor oleh Tia.
Entah bagaimana caranya ia mendapatkan bunga mawar yang masih segar dan bagaimana otaknya menemukan ide yang diluar nalar, terlepas dari itu aku ingin segera istirahat. Kepalaku sudah pusing akibat memakai siger dan mataku sudah terasa gatal akibat bulu mata badai yang cetar ini.

Setelah aku berganti pakaian dan membersihkan make up aku berlanjut cuci muka.

"Ini apa lagi sih Ti" keluhku ketika mendapati sebuah lingerie merah di gantungan kamar mandi.

Niat cuci muka tertunda akibat ponselku berdering. Panggilan masuk dari Tia.

"Ra, bilangin Mas Yuda kalau Zahra nginep di rumah Mama"

Aku terdiam sejenak. Mengingat tadi Zahra hanya diam saja. Namun ia masih menyambutku dan berbicara denganku. Hanya saja hari ini Zahra lebih banyak diamnya.

"Ra, kamu dengarkan aku ngomong apa?" tanya Tia

"Iya Ti. Btw, tanyain Zahra ya kenapa tadi kok dia banyak diamnya. Aku takutnya dia nggak seneng aku hadir dalam kehidupan papanya"

Tia tertawa.

"Nggak mungkin Zahra nolak kamu Ra. Dari awal Zahra Deket banget sama kamu. Udah dulu ya Ra. Aku mau tidur, capek banget hari ini. Bye bye"

Tia mematikan telponnya sepihak.

Sebelum dokter Yuda pulang. Aku harus membersihkan kamarku. Aku malu kalau sampai ia melihat ini.

Saat aku akan mengambil sprei baru, langkahku  terhenti karena melihat koper dokter Yuda di sebelah lemariku. Baju milik beliau belum dimasukkan oleh Tia.

Aku takut untuk membukanya. Tapi ini koper milik suamiku. Dokter Yuda sudah menjadi suamiku. Barang miliknya adalah milikku juga begitupun sebaliknya. Duh, kenapa masih ada rasa canggung seperti ini!

Perlahan aku membuka koper beliau. Dalam koper bersikan beberapa stel baju dan tas kecil berisikan peralatan mandi, skincare serta bodycare beliau.

Setelah merapikan barang dokter Yuda aku berlanjut merapikan tempat tidurku.

"Assalamualaikum Ra"

Aku terkejut saat dokter Yuda tiba - tiba membuka pintu kamarku. Ku buang balon yang ada di tanganku sembarangan.

"Wa'alikumsalam. Mas Yuda ngagetin saya"

Pintu kamarku ditutup oleh beliau.

"Saya nggak nyangka ternyata kamu bisa juga nyiapin ini semua"

"Maaf Mas, tapi ini kerjaan Tia. Ini mau saya ganti"

Dokter Yuda memunggut kembali balon yang ada di lantai. Meletakkannya kembali pada tempatnya.

"Jangan diganti. Saya mau foto dulu buat kenang kenangan"

Aku menahan malu akibat ulah Tia.


Betapa tercengangnya aku ketika mendapati wallpaper di ponsel dokter Yuda adalah fotoku yang candid.

"Mas itu foto saya?" tanyaku

Dokter Yuda memberikan ponselnya padaku.

"Dulu kamu sering mengirim foto ke saya. Kadang ada yang lucu juga" ungkapnya

"Tapi saya nggak pernah kirim foto apapun ke Mas Yuda"

Dokter Yuda memintaku untuk membuka room WhatsApp dariku.

"Kok bisa ya? Apa Zahra yang ngirim? Soalnya dia bilang cuma mau nonton YouTube" gumamku

"Yaudah nanti kita tanya Zahra. Maafin Zahra ya udah lancang ngirim foto kamu ke saya tanpa ijin"

Memilih Menikahi DudaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang