Kami bersulam dengan penuh rasa bahagia. Akhirnya kami bisa lulus sidang. Kini hanya tinggal menunggu jadwal wisuda.
Pandu datang menyusul dengan tergopoh - gopoh.
"Kamu udah lamaran Ra?" tanyanya
"Iya" jawabku singkat
"Kok kamu nggak bilang sama aku?! Kalian semua tahu Fira udah lamaran?" tanya Pandu
"Hlah, iya Ra? Kok kita nggak ada yang tahu?" timpal Zha Zha
"Wihhh jadi nikah sama dokter Yuda nihh yeee" ejek Danar
Pandu memberikan ponselnya pada Danar.
"Bukan dokter Yuda" sahut Pandu
Aku tahu perasaan Pandu saat ini. Betapa baiknya Pandu pada keluargaku dan gimana perjuangan Pandu buat luluhkan hatinya Mas Tama.
"Kamu tahu darimana?" tanyaku
"Vidio kamu lamaran FYP loh Ra. Diunggah sama akun @iniTama"
Aku menggaruk keningku yang tidak gatal.
"Kamu tahu Ti kalau Fira udah lamaran?" tanya Zha Zha
Tia memandangku.
"Iya Tia tahu. Aku yang minta Tia buat jangan bilang kesiapapun. Akun tadi akunnya Mas Tama kakak aku, aku dijodohkan Mas Tama sama lettingnya namanya Mas Danu. Aku udah lama putus komunikasi sama dokter Yuda" jelasku
Danar mendekatkan wajahnya di depan mukaku.
"Ada perasaan nggak sama calon suamimu?" tanyanya
Aku hanya bisa geleng kepala. Memang nyatanya begitu.
"Aku juga cowok Ra. Cowok juga punya hati, cowok juga bisa ngerasain namanya sakit hati. Kamu mau nikah sama lelaki yang sama sekali nggak kamu cintai itu sama halnya kamu bunuh diri secara perlahan karena setiap harinya kamu akan makan hati. Nyakitin diri kamu sendiri. Sebelum kalian pengajuan mending kamu batalkan. Seumur hidup itu lama Ra" jelas Danar
Pandu tiba - tiba pergi meninggalkan kami.
"Cerna baik - baik apa kataku tadi Ra" imbuh Danar
"Pandu sakit hati Ra" ujar Zha Zha
"Resiko jadi cewek perfect ya Ra. Dokter Yuda aja sulit move on dari kamu" tutur Tia
Semua mata tertuju pada Tia.
Ponselku berdering. Mas Danu menelponku. Ia memintaku menjemputnya di Stasiun. Akupun pamit terlebih dahulu pada teman - temanku. Aku tidak sendiri, aku mengajak Tia untuk menemaniku.
Sepanjang perjalanan Tia ngedumel sebab ia bingung nanti pulangnya naik apa kalau aku dan Mas Danu berboncengan. Ia juga menolak untuk dijadikan sebagai nyamuk seperti biasanya. Ya, seperti biasanya. Aku memang sering jalan bertiga daripada berdua saja dengan Mas Danu. Bahkan kencan berdua dengan Mas Danu bisa dihitung oleh jari.
"Ra kamu mau ke rumah dokter Yuda?" tanya Tia
"Kok kamu tahu Ti?" tanyaku balik
"Ya siapa sih yang nggak tahu rumah sekaligus tempat praktiknya dokter Yuda" jawabnya
Aku mematikan motorku ketika sampai di depan gerbang rumahnya Dokter Yuda.
"Ngapain kesini? Kan mau jemput Mas Danu" tanya Tia
"Danar bener Ti. Seumur hidup itu lama. Makanya aku mau menghabiskan seumur hidupku dengan dokter Yuda. Lelaki yang benar benar aku cintai dan harapkan" ungkapku
"Tapi gimana caranya Ra? Keluarga kamu nolak dokter Yuda"
Dokter Yuda keluar rumah dengan menggenakan celana selutut dan kemeja polos berwarna hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memilih Menikahi Duda
Short StoryDimata orang lain mungkin keputusan ku salah, namun buatku ini adalah keputusan yang terbaik bagiku. Karena hidupku tentang apa kata ku, bukan tentang apa kata mereka. Hidupku aku sendiri yang menentukan, bukan mereka yang menentukannya. Buatku, kam...