Malam yang dinanti akhirnya tiba juga. Aku telah selesai di make over oleh MUA pilihan Mbak Rima. Semuanya telah dipersiapkan dengan terencana oleh orangtua Rakha. Meskipun mendadak tapi ku akui ini sangat detail hampir tidak ada minus.
"Masyaallah Fira kamu cantik banget" puji Mas Tama
Untuk pertama kalinya Mas Tama memujiku.
"Nggak usah takut. Nanti Tia bakal temeni kamu" tambahnya
"Ti. Nanti kalau aku foto berdua sama Mas Danu kamu nyempil aja ya"
"Mana bisa Ra. Mas Tama ngamuk nanti. Aku takut ah! Aku diundang Mas Tama buat nemenin kamu bukan ngerecokin acara yang dibuatnya"
Terdengar suara mobil masuk ke halaman rumah. Aku menggenggam tangan Tia.
Mbak Rima menjemputku di kamar. Kami bertiga turun kebawah. Ku pandang Mas Danu. Ia tersenyum kepadaku. Aku berkhayal kalau lelaki yang kini berdiri di sebelahku adalah dokter Yuda.
"Malam ini Mas Yuda terlihat berbeda"
Seseorang mencubit pinggangku.
"Sadar Ra! Jangan halu" tegur Tia
Prosesi lamaran akan dimulai. Mas Tama memberiku kode untuk tersenyum. Mataku melihat sekitar. Keluarga Mas Danu yang datang ke rumah, bukan keluarga dokter Yuda.
Tibalah kami di inti acara. Aku dan Mas Danu sama - sama diberikan secarik kertas yang harus dibaca nanti.
Pertama yang membaca adalah Mas Danu. Baru kemudian aku yang membacanya.
"Bismillahirrahmanirrahim, dengan Rahmat Allah SWT dan dengan Ridho-Nya~" aku berhenti membaca
Ku beranikan diri untuk memandang Mas Danu. Ia seakan memberiku isyarat untuk melanjutkannya.
"Serta restu dari Ayah dan Ibu, Fira bersedia menerima tujuan baik dari Mas Danu pada malam hari ini dalam lamaran ini"
Aku mengambil napas panjang. Tangisku tertahan hingga tenggorokanku sakit. Aku mendengar isakan Tia di belakangku.
Belum sempat aku menemui Tia, Mas Danu mengulurkan tangannya membantuku berdiri. Kamu saling bertukar cincin. Setelah itu ia berlanjut memasang kalung dan gelang padaku.
Berlanjutlah kami melakukan sesi foto bersama. Setelah itu baru ditutup dengan acara makan - makan. Orangtua Mas Danu menyambutku dengan baik. Kesan pertama bertemu aku diperlakukan layaknya anaknya sendiri.
Mama Mas Danu mengambil aku makanan, namun aku memilih pergi untuk mencari keberadaan Tia.
"Mbak, ponselku mana?" tanyaku pada Mbak Rima
"Dibawa Mas Tama"
Mas Tama sedang berbincang dengan Papanya Mas Danu. Mereka terlihat sangat akrab. Bagaimana bisa aku mengambil ponselku?
"Ra, Mama ngambilin kamu makan malah kamu tinggal" tegur Mas Danu
"Maaf Mas. Aku nyari Tia"
"Tia pulang duluan. Memangnya dia nggak pamit sama kamu?"
Aku hanya menggelengkan kepala.
"Mas Danu boleh minta tolong ambilin ponsel aku di Mas Tama?"
"Buat apa?"
"Buat foto. Mas Danu nggak mau foto sama aku?"
Mas Danu tersenyum.
"Foto sama fotografer tadi masih kurang ya buat kamu. Yaudah aku ambilin dulu ya"
Begitu ponselku telah ada di tanganku. Aku segera menjauh dari kerumunan.
Satu pesan dari dokter Yuda masuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Memilih Menikahi Duda
NouvellesDimata orang lain mungkin keputusan ku salah, namun buatku ini adalah keputusan yang terbaik bagiku. Karena hidupku tentang apa kata ku, bukan tentang apa kata mereka. Hidupku aku sendiri yang menentukan, bukan mereka yang menentukannya. Buatku, kam...