Please siders go away~
Heaven mati kutu. Jiwa miliknya seperti terlepas melambung tinggi, meninggalkan raganya. Tubuhnya membeku sempurna, manik hazelnya membelalak kaget dengan bibir menekuk ke dalam. Ditambah, denyut jantung yang sudah melebihi kadar batas normal. Apa penyamaranku sudah terbongkar? Batin Heaven meringis.
Jujur.. tidak.. jujur.. tidak..
Perang batin justru kini Heaven rasakan. Jujur sama dengan mencari mati, jikalau berbohong juga akan berakhir mati. Lalu apa yang harus Heaven lakukan?
Venezio mendengus melihat istrinya yang hanya terdiam membatu seperti objek tiga dimensi. Ia tidaklah bodoh, sedari awal dirinya masuk ke dalam auditorium dan menyampaikan kata sambutan, mata tajam miliknya sudah menelusuri segala penjuru tempat duduk audiensi, mencari keberadaan istri nakalnya yang menghilang tanpa jejak selama seminggu.Walaupun istrinya terbenam di antara lautan manusia berjas putih, tetap saja postur tubuh yang selalu Venezio dekap siang dan malam, tak akan pernah salah ia kenali. Apalagi setelah mata mereka tak sengaja bertemu dan bertukar pandang selama 2 detik. Venezio bertambah yakin bahwa wanita bersurai gelap pendek sebahu yang terus menunduk kaku menatap ke bawah selama 3 jam itu adalah Heaven-nya.
Smirk andalan Venezio tersungging, ia memandang geli penyamaran Heaven yang gagal total. "Istri cerdasku ternyata buruk sekali dalam bermain hide and seek ya..."
"-Aku sudah menemukanmu. Bisakah aku memberikan dirimu hukuman sekarang, honey?"
Tamat riwayatmu, Eve.
Tungkai Heaven terasa lemas dan kesulitan menopang tubuh kecilnya sendiri. Ia sangat yakin, intonasi santai dan tajam yang keluar dari bibir seksi suaminya adalah sebuah amarah yang tertahan. Heaven sudah merasa gemetar ketakutan dengan aura intimidasi yang menguar dari pria di depannya. Tetapi, mengingat rekam peristiwa 7 hari yang lalu, bukankah yang berhak merajuk dan marah itu adalah dirinya? Heaven adalah korbannya disini.
YOU ARE READING
Strict Doctor
RomanceRated: M [VRENE ZONE] Jujur saja, selama 23 tahun Heaven hidup dan bernapas, tidak pernah sekalipun ia merasa putus asa dan frustasi dalam menjalani kehidupannya. Mau seberat apapun ujian dalam meraih gelar kedokterannya, ia tidak pernah mengeluh. S...