▪︎19▪︎The Highway

1.1K 143 86
                                    

Yang rindu berat sama Zeo-Eve...
Here we are~♡
Rated M🔞
Siders? go away, please⚠️

▪︎◇▪︎◇▪︎

Lelehan air mata disertai suara isak tangis dengan pelukan erat pada lehernya, membuat hati Venezio serasa dihantam palu godam hingga hancur remuk

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lelehan air mata disertai suara isak tangis dengan pelukan erat pada lehernya, membuat hati Venezio serasa dihantam palu godam hingga hancur remuk.

Langkah lebar Venezio terus megarungi lorong mewah yang tampak lenggang sambil membawa Heaven dalam gendongannya. "Maaf, sayang. Lain kali, aku tidak akan mengalihkan pandanganku darimu sedetik pun." Raut wajah Venezio terlihat begitu menyesal. Ia terus menghujani ciuman singkat pada puncak kepala istrinya di setiap sela-sela ucapannya.

Reaksi Heaven yang kian meningkatkan volume tangisannya, membuat Venezio dilanda serba salah. "Jangan menangis lagi, honey." Tuturnya menenangkan, "Jika kau semakin berurai air mata, aku jadi semakin ingin menghabisinya malam ini." Sambungnya kemudian, dengan nada yang teramat gelap.

Meskipun kepala Heaven terasa berat dan tubuhnya sudah terbakar. Heaven spontan menggelengkan kepalanya, "Hik ti-tidak... ja-jangan eumm... laku–hikkan..." Tangan kecilnya meremas jas navy blue milik Venezio sampai kusut. "Biar aku saja saja– hik... se-seharusnya tadi aku pecahkan eumm... kepalanya sekalian..." Lanjutnya dengan nada menggerutu dan napas tersenggal-senggal.

Apa telinga Venezio tidak salah dengar? Istri polosnya ingin menghancurkan kepala seseorang?! Oh, God!  Ada yang salah dengan kinerja saraf pusat istrinya kali ini.

Hawa panas yang terasa pada ceruk lehernya bercampur dengan aroma manis alkohol yang menggelitik indra pembaunya, membuat rahang Venezio kian mengetat. "Siapa yang menyuguhimu alkohol?! Kau mabuk, Eve." Venezio menggeram. Pantas saja, istrinya melantur mengeluarkan kata-kata kejam.

Tangisan Heaven seketika berhenti. Ia menggeliat bersamaan dengan sepasang iris hazelnya yang menengadah menatap wajah tampan Venezio. "Ti-tidak. Aku tidak ma-mabuk–hik." Elaknya sekuat tenaga. "Aku hanya pusing! Hiks... hiks..." Ucapnya dengan danau yang menggenang pada pelupuk matanya.

Anak semata wayang dari Papa Zander dan Mama Allete itu mengerutkan alis tebalnya ketika mendengar dalih dari sang istri. "Pipi, telinga, serta hidungmu memerah. Kau sensitif dengan alkohol. Berhenti mengelak."

"Turunkan aku! Aku bisa berjalan dengan kedua kakiku sendiri untuk membuktikan jikalau aku tidak mabuk." Seru Heaven sambil mengerucutkan bibirnya ke depan. Setengah kesal.

"Baik, baik. Kau tidak mabuk. Jadi, berhenti menggeliat, honey... Karena gesekanmu menjadi alarm yang akan membuat benda milikku terbangun." Beruntung setelah Venezio mengatakan hal tersebut, mereka berdua sudah sampai di lobby dengan Alexios yang sudah membukakan pintu mobil.

Dalam waktu singkat, Venezio sudah mendudukkan Heaven pada kursi belakang dan memasangkan seat belt  agar istrinya tetap aman siap menempuh perjalanan.

Strict DoctorWhere stories live. Discover now