▪︎13▪︎ The Boilover

990 144 74
                                    

Lampu lalu lintas di persimpangan jalan beralih menjadi warna merah. Winola mengurangi batas kecepatan hingga berhenti tepat di garis batas. Mobilnya memang berhenti, tetapi alunan tawa puasnya tidak kunjung berakhir. “Bukankah itu lucu sekali, kau cemburu pada adik iparmu sendiri?! Ha..ha..ha…
 
Heaven mendengus walaupun ia sudah menduga reaksi seperti apa yang akan diterimanya, tapi masih saja ia menceritakan peliknya kehidupan rumah tangganya kepada sahabatnya.

“Hmm

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Hmm.. kau tahu tidak, one fact  yang akan membuatmu semakin terkejut!” Seru Winola sambil menatap ke arah wanita bersurai brunette yang duduk di jok penumpang.
 
“Apa?” Tanya Heaven dengan nada tertarik.
 
“Jazlyn adik iparmu itu, adalah pasien rahasiaku. Aku bertemu dengannya saat aku berlibur bersama Adair di Seville tiga tahun lalu.” Ucap Winola sembari menginjak pedal gas untuk menjalankan kembali mobilnya, karena lampu lalu lintas telah berubah warna menjadi hijau.
 
Kedua pupil Heaven membesar. “Benarkah?! Kau sudah mengenalnya selama tiga tahun?” Heaven lantas menutup mulutnya menggunakan satu tangannya.
 
Netranya fokus memandang jalanan, tetapi pikiran Winola tampak melayang ke masa lampau. “Betul, kalau tidak salah aku bertemu dengannya ketika dia masih sangat muda dan baru saja melahirkan Arden. Kau pasti tahu penyakit psikologis untuk ibu muda yang belum siap menerima kehadiran buah hati bukan?”
 
Memberi respon dengan menganggutkan kepalanya. Heaven menebak, “Baby blues?”
 
“Lebih parah dari itu.” Sahut Winola.
 
Postpartum Depression?” Tebak Heaven lagi. Dan kali ini, Winola membalas dengan menganggukkan kepalanya tegas.
 
Informasi tambahan terkait sosok adik iparnya, membuat Heaven menjadi terdiam membisu. Ia tidak menyangka adik iparnya pernah berada dalam kondisi terpuruk. “Terima kasih karena sudah memberi dukungan dan selalu berada disisinya, Win.” Tutur Heaven halus.
 
Melihat dari kacamatanya sebagai seorang dokter obgyn, pasien yang memiliki masalah depresi postpartum perlu dilakukan terapi bicara dan pemberian obat antidepresan. Namun, kunci terpenting lainnya, ialah memberi dukungan emosional seperti kata-kata afirmasi penyemangat dan pujian untuk sang pasien. Itu semua tidak mudah, butuh proses, kesabaran, dan keinginan untuk bertahan. Heaven bersyukur walau bukan dia yang berada disisi adik iparnya, setidaknya sahabatnya inilah yang menjadi tempat bersandar Jazlyn pada saat itu.
 
Memutar kedua bola matanya malas. Winola tahu pasti, jika Heaven sedang merasa menyesal karena tidak mengenal Jazlyn sedari awal –untuk membantu adik iparnya melewati masa sulit kala itu. “Of course, dummy. Itu sudah menjadi kewajibanku sebagai seorang psikiater.” Balas Winola cepat, sedikit jenaka untuk menghibur Heaven.

Kemudian, ia memutar stir kemudinya untuk berbelok. “–Apa ini tempat yang benar, Ven?” Tanya Winola setelah memasuki wilayah jejeran restoran dan cafe yang memiliki kesan borjuis.
 

 

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Strict DoctorWhere stories live. Discover now