▪︎8▪︎ The Objectionable

1K 153 104
                                    

Berkat kehadiran Jazlyn yang menjadi penengah, baku hantam sepihak di antara Venezio dan Nelson dapat terhenti. Terbukti saat ini, ibu muda dengan satu anak itu sedang memapah Nelson untuk berjalan melewati koridor sepi di tower khusus.

 Terbukti saat ini, ibu muda dengan satu anak itu sedang memapah Nelson untuk berjalan melewati koridor sepi di tower  khusus

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Dengan memanfaatkan tubuh kecilnya, Jazlyn menyangga tubuh berat Nelson. Lengan kirinya memeluk pinggang Nelson, sedangkan tangan kanan Nelson dibiarkan mengalung pada lehernya. Masih dengan postur membungkuk ketika masuk ke dalam lift, Nelson mati-matian menahan rasa nyeri di ulu hatinya.

"Aku tidak tahu alasanmu dihajar, tapi melihat seberapa marahnya Kak Zeo. Aku yakin kau pantas mendapatkannya." Cibir Jazlyn tajam seraya menekan tombol lift untuk menuju lantai 3.

Nelson mendengus lalu meringis, "Shh.. Diamlah." Saat ini dirinya tidak bisa fokus karena harus menahan rasa sakit pada bagian bekas pukulan berapi sahabat psikopatnya.

Oh, ayolah, Venezio itu bukan hanya berasal dari keluarga ternama dan terkaya di seantero Britannia Raya saja. Tetapi, dari pihak keluarga sang ibu, Venezio memiliki status dan peran penting di salah satu negara bagian Eropa Timur. Walaupun rahasia ini ditutupi dengan baik, secara sempurna dari kedua belah pihak negara yang bersangkutan.

Mengingat Venezio sudah menempuh pendidikan dan pelatihan militer sejak dini. Hal tersebut, membuat Nelson menaruh keyakinan penuh kalau kondisi tubuhnya saat ini tidak sedang dalam kondisi baik-baik saja.

Sepertinya, ada cedera atau trauma di dalam tubuh yang hanya bisa dipindai oleh mesin berteknologi komputer khusus dan sinar-X, untuk melihat jaringan serta struktur tulang yang tengah rusak. Damn it! Kalau tahu bakal sesial ini, ia tidak akan mengambil jalan menuju neraka buatan Venezio.

Raut wajah Nelson yang menunjukkan rasa penyesalan terlambat, membuat mulut Jazlyn gatal ingin memberi ceramah. "Kau mengenal kakak angkatku jauh lebih lama daripada aku. Tapi, masih saja tetap bodoh dan beranggapan bahwa dia adalah manusia yang waras." Sepatu heels hitamnya mengambil arah untuk berbelok ke kiri menuju Departemen Radiologi.

" Sepatu heels hitamnya mengambil arah untuk berbelok ke kiri menuju Departemen Radiologi

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Nelson masih tetap setia berjalan mengikuti langkah Jazlyn. Ingin menolak bantuan, tapi tidak mungkin. Dirinya benar-benar dalam kondisi mengenaskan sekarang. "Tidak bisakah mulutmu terkatup saja. Jangan bicara lagi." Sengit Nelson.

"Makanya jangan main-main jika melibatkan Kak Heaven. Aku saja sampai terkena getahnya, karena membuat Kak Heaven kabur darinya." Curhat Jazlyn menyampaikan kekesalan dirinya terhadap kelakuan sang kakak, yang kadang suka seenaknya dan tak pakai hati.

Sudut ekor matanya melirik wanita beriris amber yang memapahnya. "Kau memang pantas mendapatkannya." Ujar Nelson datar, membalik ucapan yang beberapa menit lalu keluar dari mulut Jazlyn.

Jazlyn mencebikkan bibirnya kesal, "Kenapa kau menyalahkanku juga?" Irama langkah kakinya terhenti tepat di pintu masuk Departemen Radiologi.

"Karena kau bodoh." Sahut Nelson. Ia terlalu malas untuk memberikan komentar panjang lebar.

"Dasar tidak tahu terima kasih! Akan aku adukan kepada Shannon. Lihat saja nanti." Ancam Jazlyn.

Nelson langsung menghadiahi Jazlyn dengan pelototan tajam. "Bocah nakal! Jangan meneror kekasihku dengan omong kosongmu!"

Jazlyn memutar bola matanya, menyesali pikirannya yang beranggapan bahwa Nelson mungkin masih terjebak cinta di masa lalu. Konyol sekali. Batin Jazlyn geli sendiri. Bagaimana mungkin pria gila ini dulu menyukainya? Rasanya mustahil.

"Berhenti memanggilku bocah! Aku sudah punya anak sekarang!"

"Pasti kau memungut kurcaci kecil itu bukan?" Tanya Nelson dengan nada menyebalkan.

"Brengsek sekali mulutmu! Seharusnya aku biarkan saja Kak Zeo meretakkan tulang pipi dan rahangmu juga." Timpal Jazlyn emosi. Tanpa rasa kasihan, ia segera melepaskan tangannya dan menghempaskan tubuh Nelson ke salah satu sofa panjang yang berada di ruang tunggu.

BRUK!!!

"Awhh..."

"Dokter Hyland?"

Salah satu perawat yang bekerja di bagian radiologi, bergegas menghampiri Nelson dan juga Jazlyn.

Strict DoctorWhere stories live. Discover now