Don't be silent readers please!
⚠️Story ini hanya berupa karangan fiksi⚠️
Enjoy reading~♡Goresan pena dengan tinta biru itu mengukir untaian kata di secarik kertas. Tumpukan rekam medis yang tersusun rapi di atas meja miliknya sudah terlalu menyita waktu mulai dari matahari terbit sampai kini terbenam.
Terdengar suara ketukan halus dengan derit pintu yang terdorong ke depan, sesosok perawat wanita berjalan masuk untuk merapikan alat-alat medis berteknologi canggih usai dipakai seharian.
"Pasien yang baru saja keluar, merupakan pasien terakhir Dok... Total pasien yang melakukan pemeriksaan USG pada hari ini berjumlah 54 orang."
Dokter cantik itu mengangguk sekilas walau sedang sibuk mencatat sesuatu. "Baik, jangan lupa bawa kembali berkas ini pada Unit Rekam Medis." Ia menghentikan aktivitas menulisnya dan mendongakkan kepalanya untuk menatap sang perawat. "Kalian bisa pulang setelah itu. Terima kasih karena sudah bekerja keras hari ini." Sambungnya dengan senyuman dari balik masker yang dikenakannya.
"Baik, Dok. Terima kasih." Perawat tersebut melangkah mendekat untuk mengambil berkas rekam medis yang tersisa lalu pamit pergi dengan cepat.
Manik hazel miliknya menatap langit gelap dari balik tirai jendela dalam ruangannya. Tidak berasa, sudah 10 jam tanpa henti ia memberikan pelayanan kepada pasien yang memerlukan pemeriksaan USG. Ia melepas kedua tali masker yang terkait di daun telinganya, lalu menghirup oksigen dengan rakus.
Melakukan peregangan singkat untuk merilekskan seluruh ototnya yang terasa pegal, terutama pada bagian leher, punggung, dan lengan. Ingin mengeluh, tapi ia tahu mengeluh itu tidak mendatangkan perubahan.
Tok... tok... tok...
Kali ini suara ketukan itu terdengar begitu bersemangat. Belum sempat Dokter cantik itu mempersilahkan sang tamu untuk masuk. Namun, sudah muncul sesosok wanita sexy berpenampilan glamour yang mengintip sampai batas pinggang dari balik celah daun pintu putih tersebut.
YOU ARE READING
Strict Doctor
RomanceRated: M [VRENE ZONE] Jujur saja, selama 23 tahun Heaven hidup dan bernapas, tidak pernah sekalipun ia merasa putus asa dan frustasi dalam menjalani kehidupannya. Mau seberat apapun ujian dalam meraih gelar kedokterannya, ia tidak pernah mengeluh. S...