Kamar besar didominasi dengan warna putih, maroon, serta emas itu memberi nuansa mewah serta elegan sekaligus. Terbangun seorang diri tanpa kehadiran sang suami, membuat wanita cantik itu terduduk di pinggir ranjang, berdiam diri sejenak seakan mengumpulkan nyawa untuk menyambut pagi yang sudah dinantikannya.
Wajah kuyunya masih jelas terlihat walau sekilas. Mengingat hari kemarin ia memiliki jadwal ujian yang sangat padat sampai kurang beristirahat. Tapi, untungnya semua telah berlalu, dokter cantik itu dapat menuntaskan ujiannya dengan baik serta mendapatkan hasil yang memuaskan.
Heaven berjalan ke arah jendela, tangan putih susu itu menyibak tirai putih di depannya. Memberi ruang agar terang serta hangatnya cahaya fajar dapat menembus masuk memenuhi kamar tidurnya.
"Ah, indah sekali." Gumamnya pelan.
Sejenak ia mematung, mengagumi keindahan alam yang tampak luar biasa di kala fajar terbentang. Semilir angin musim gugur membuat surai panjangnya tertiup ke belakang mengikuti arus angin sejuk. Kedua matanya terpejam merasakan kedamaian, sampai ia teringat harus melakukan sesuatu pagi ini.
Manik hazelnya terbuka dengan binar bersemangat, tangannya menyambar tas prada yang berada di dekat koper samping sofa. Lalu, ia berlari kecil masuk ke dalam kamar mandi dan tak lupa mengunci pintunya.
Hampir satu jam lamanya wanita cantik itu berada di sana, sibuk meneliti dan meragukan hasil yang tertera –garis satu hampir dikesuluruhan alat tes kehamilannya. Heaven bertanya-tanya kepada dirinya sendiri, apa mungkin ia sedang stres sehingga mengakibatkan siklus menstruasinya mundur dan tingkat sensitivitas tubuhnya meninggi? Kemungkinan besar iya.
Bahu kecilnya terlihat merosot ke bawah penuh kekecewaan. Mendapatkan garis dua ternyata tidak semudah meraih gelar strata pikirnya. "It's alright, Eve. Next time, you can try again." Heaven mencoba menyemangati dirinya sendiri walau ada sejumput perasaan sedih hinggap di lubuk hatinya.
Tok... tok... tok...
"Honey, are you in there?"
Bunyi ketukan pintu beserta suara baritone suaminya membuat Heaven menjadi gelagapan. Ia dengan cepat mengambil tas hitam miliknya yang ada di atas vanities, kemudian menyapu seluruh bukti test pack yang sudah bekas pakai masuk ke dalamnya. "Ya, Zee... aku sedang bersiap-siap." Sahut Heaven meningkatkan volume suaranya.
YOU ARE READING
Strict Doctor
RomanceRated: M [VRENE ZONE] Jujur saja, selama 23 tahun Heaven hidup dan bernapas, tidak pernah sekalipun ia merasa putus asa dan frustasi dalam menjalani kehidupannya. Mau seberat apapun ujian dalam meraih gelar kedokterannya, ia tidak pernah mengeluh. S...