▪︎18▪︎ The Banquet

1.1K 142 183
                                    

"Sudah siap, honey?"  Pria tampan dengan potongan comma hair  itu menoleh ke samping untuk menatap sang istri yang duduk tegang di kursi penumpang.

Memperoleh tatapan sengit disertai gelengan kepala lemah dari sang istri, membuat Venezio harus tetap sabar dengan mengulum senyum menenangkan di wajah tampannya.

"Tu-tunggu sebentar Zee... –aku butuh mempersiapkan diriku." Lirih Heaven, suaranya terdengar sedikit bergetar.

Persiapan diri apa lagi?! Venezio hanya mampu menyuarakan isi pikirannya di dalam hati. Sudah 10 menit mereka berada di dalam mobil yang terparkir rapi di teras hotel mewah milik keluarganya –menunggu istrinya siap mental dan fisik untuk menyandang gelar secara resmi sebagai pendamping yang akan menemani dirinya di sepanjang hidupnya.

 Sudah 10 menit mereka berada di dalam mobil yang terparkir rapi di teras hotel mewah milik keluarganya –menunggu istrinya siap mental dan fisik untuk menyandang gelar secara resmi sebagai pendamping yang akan menemani dirinya di sepanjang hidupnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Heaven mengambil sebuah cermin tangan berukuran sedang dari dalam dashboard mobil, kemudian menatap keseluruhan penampilannya dengan saksama. Ia takut melewatkan satu hal penting, karena terlalu terburu-buru bersiap sebab suami brengseknya ini tiba-tiba mengumumkan akan mengadakan jamuan makan malam untuk memperkenalkan dirinya secara resmi pada koleganya.

Pada awalnya Heaven bersikeras menolak. Ia masih nyaman dengan status yang selalu dirahasiakannya. Tetapi, dirinya teringat akan peristiwa menyebalkan sore tadi– dimana pelayan rumahnya bersikap terang-terangan ingin mendekati suaminya. Disitulah Heaven tersadar, bisa saja posisinya sebagai Nyonya Giordano akan lengser bila tidak dia kukuhkan. Mengingat bahwa banyak sekali saingan hati yang ingin merebut suaminya. Heaven tidak boleh terus berdiam diri saja.

Tahu istrinya sedang gugup. Venezio bersuara menetralkan keadaan, "Kau sudah sempurna." Ia meraih satu tangan dingin Heaven untuk dikecup.

"Mhmm... terima kasih." Pipi Heaven merona, suaminya ini memang penyanjung ulung yang kelewat tampan. Mampu mengobrak-abrik isi hati dan pikiran Heaven melalui hal kecil yang membekas.

"Mengapa tanganmu dingin sekali?" Venezio menaruh kembali cermin bundar itu ke tempat semula. Kemudian, mengambil sepasang tangan Heaven untuk digesek dengan kedua tangan hangatnya, berbagi suhu tubuh melalui sentuhan ringan.

Heaven menarik sudut bibirnya, ia sangat suka bila suaminya menaruh perhatian kepadanya.

Dalam sekejap raut ekspresi Venezio berubah serius, "Eve, mau aku batalkan saja pestanya? Kalau kau belum siap, aku tidak akan memaksa." Ia berpikir ulang, takut bila sang istri menerima dengan berat hati rencana mendadaknya ini.

"E-Ehh?" Heaven melongo. Mengapa suaminya ini mudah sekali mengatakan perihal pembatalan acara yang sudah digelar? Jika Heaven mengangguk sekarang, ia akan menjadi manusia egois tanpa memikirkan segala usaha dan martabat suaminya di mata orang lain. Heaven tidak mau mengecewakan suaminya lagi.

"Aku tidak mau riasanku berakhir sia-sia. Ayo kita turun, sayang." Setelah mendengar jawaban teramat manis dari sang istri, senyum Venezio mengembang.

"Allow me to guide you, Mrs. Giordano."

Strict DoctorWhere stories live. Discover now