▪︎7▪︎ The Veracity

1K 153 106
                                    

Cahaya matahari mulai mengintip malu-malu dari sela-sela tirai beludru beige di kamar rawat Venezio, kilau garis lurus yang menyengat mengenai sebagian wajah Heaven. Namun, nampaknya hal tersebut tak mampu mengusik Heaven yang masih terlelap di sisi ranjang suaminya. Wajah cantiknya terlihat begitu damai walau dalam posisi tertidur sambil duduk.

Tepukan pelan yang tersampir pada pundak kecilnya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Tepukan pelan yang tersampir pada pundak kecilnya. Membuat Heaven terpaksa membuka dan mengerjapkan kedua manik hazelnya. Rasa tegang akibat tertidur dengan postur yang tidak mengenakkan selama kurang lebih 1 jam, membuat ia sedikit meringis tertahan memegangi bagian belakang leher dan juga pinggangnya.

"Good morning, madam."

Senyuman hangat berhiasi lesung pipit menyapa Heaven

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Senyuman hangat berhiasi lesung pipit menyapa Heaven. Pria berkacamata itu mengenakan setelan suit hitam dengan rambut tersisir rapih ke belakang.

Heaven mendengus, matanya memincing menatap pria yang ia tunggu kehadirannya sejak dini hari. "Kau beri obat apa kepada suamiku?" Pertanyaan penuh rasa curiga langsung Heaven lontarkan tanpa basa-basi kepada dokter yang menangani Venezio semalam.

Ada yang menjanggal di sini. Meski Heaven itu merupakan seorang dokter obgyn, tetapi ia tentu mengetahui diagnosis untuk Venezio secara garis umum. Seharusnya Venezio bisa terbangun dalam waktu dekat bila hanya terserang Febris. Namun, sejak kemarin malam ketika Heaven terjaga memantau keadaan Venezio. Baik saat mengganti cairan infus yang telah habis dan juga waktu pemberian obat terjadwal setiap per empat jam. Suaminya tidak kunjung sadar.

Walaupun tidak ada tanda-tanda bahaya yang perlu diwaspadai, sebab vital sign Venezio tercatat dalam batas normal kecuali, suhu tubuh yang masih berkisar 38°C. Tetap saja, Heaven merasa khawatir, karena tidak biasanya Venezio tertidur selama ini.

"Tentu saja obat penurun demam." Jawab Nelson dengan wajah datarnya.

"Kau yakin?"

"–Dan penurun kesadaran." Gumam Nelson di akhir. Netra hitamnya fokus pada tembok di belakang, enggan bertatapan langsung dengan iris hazel di depannya.

 Netra hitamnya fokus pada tembok di belakang, enggan bertatapan langsung dengan iris hazel di depannya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Strict DoctorWhere stories live. Discover now