Mata Haechan perlahan terbuka, dahinya mengernyit saat merasakan sakit yang luar biasa di tubuhnya.
Dia menatap sekeliling, lalu menghela nafas. Haechan melirik jam tangannya sudah pukul lima sebentar lagi Mark akan pulang.
Dia buru-buru bangkit dari duduknya, dia meringis tertahan saat perutnya kembali sakit. Dia melupakan rasa sakitnya dan bergegas keluar dari gudang.
***
Haechan meneguk ludahnya kasar saat melihat mobil kakaknya sudah berada di halaman rumah. Dengan langkah yang gemetar dia segera membuka pintu.
Plak!
Baru saja dia menginjakkan kakinya, Mark sudah menghadiahinya tamparan membuat wajah Haechan tertoleh ke kanan.
"Lo darimana?! Kenapa jam segini baru pulang?!" Bentak Mark, dia mengamati adiknya dari atas sampai bawah.
"Lo berantem lagi ya?!"
Haechan menggeleng, membuat Mark naik darah. Dia tidak suka pertanyaannya dijawab hanya dengan anggukan dan gelengan.
Plak!
"Lo punya mulut kan? Jawab!"
Plak!
"Kenapa diam?! Gua bilang jawab, ya jawab!!!"
Air mata Haechan turun membasahi pipinya. "A-ani, Hyung... Aku ti-tidak berkelahi."
Mark menarik dagu Haechan dengan kasar, membuat Haechan menatapnya.
"Gak usah cengeng! Lo cowok! Gua nggak pernah ngajarin lo buat nangis."
"Hapus air mata lo, sialan!" Mark menghapus air mata Haechan dengan kasar, membuat wajah Haechan memerah.
Setelah itu Mark langsung mendorong wajah Haechan menjauh darinya. Dia menatap Haechan dengan penuh kebencian.
"Lo nggak ingat apa kata gua semalam, kalau lo pulang dengan keadaan kayak gini?!"
"I-ingat... Hyung."
"Kenapa lo terus-terusan berantem, huh?! Mau sok jagoan lo?! Atau, lo punya dendem ke gua, makanya lo ngelampiasin semuanya ke temen lo?! IYA?!"
Haechan menggeleng kuat, dia mundur saat Mark mendekat.
"Harusnya gua yang dendam sama lo, bangsat! Kenapa lo harus lahir?! Lo tuh anak pembawa sial!"
Tangisan Haechan semakin keras, perkataan Mark sangat menyakit hatinya.
"Nyesel gua ngasih lo nama Haechan! Harusnya lo tuh jadi matahari yang menerangi keluarga ini, tapi kenapa lo malah jadi matahari yang membawa kegelapan?!!!"
"Ikut gua!" Mark menarik tangan Haechan kuat membuat anak itu hampir saja tersungkur, dia memberontak tapi percuma. Tenaga Mark lebih kuat darinya, apalagi tadi dia baru saja dihajar di sekolah.
***
Mark memukulinya, menendangnya, menamparnya dan hal-hal keji lainnya yang Mark lakukan pada Haechan.
Haechan mengerang saat Mark menendang perutnya, lagi. Mark menjambak rambut Haechan kuat membuat kepala anak itu mendongak.
"Denger! Kalau besok lo pulang kayak gini lagi. Jangan harap lo bisa hidup! Nggak ada makan malam buat lo hari ini!" Mark menarik tangannya dan langsung pergi dari sana. Membiarkan Haechan mengerang kesakitan di gudang rumahnya.
Gudang ini adalah saksi dari perlakuan Mark yang selalu menyiksa adiknya, Mark selalu memakai gudang ini untuk menyiksa adiknya.
Haechan memegangi perutnya yang terasa sakit luar biasa. Sakit karena tendangan Jeno tadi siang masih terasa ditambah Mark yang menendangnya tak main-main.
Tes.
Darah kembali keluar dari hidung mungilnya, membuat Haechan segera menghapus darah itu. Kepalanya sakit luar biasa, ditambah lantai gudang yang dingin karena hari sudah malam.
Perut Haechan sakit, dan dari semalam dia juga belum makan apa-apa.
Haechan merangkak pelan ke arah pintu, dia mengetuk pelan pintu itu dengan sisa-sisa tenaganya.
"Hyung, sakit..." Isak tangisan Haechan memenuhi gudang yang kosong.
Ingatan-ingatannya melayang pada beberapa tahun yang lalu. Tahun dimana hubungannya dan Mark baik-baik saja, mereka masih menjadi kakak dan adik pada umumnya.
Sampai akhirnya, tangan yang mengetuk pintu terjatuh, dan mata Haechan terpejam.
Voment juseyo ✨
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sayang Hyung [HIATUS]
RandomCerita seorang kakak adik yang awalnya saling menyayangi. Namun, sang kakak entah kenapa menjadi sangat benci pada adiknya. 'Kau pembunuh!' 'Kau bukan adik ku, dasar pembunuh!' 'Aku bukan pembunuh, Hyung...' 'Hyung...sakit.' 'Haechan~ah...bertahanla...