Haechan terbangun saat ponselnya bergetar, kedua alis Haechan mengerut saat terdapat nama Renjun disana.
"Yeoboseyo?"
"Haechan~ah!!"
"Ne? Kenapa, njun?"
"Kau tidak kesini?"
"Kesini kemana maksudmu? Aahh~ ke rumah sakit, ya?"
"Bukan! Ke rumah Jaemin. Dia sudah pulang."
"Wahh, jinjja? Bagaimana keadaannya?"
"Sudah lumayan. Kau tidak kesini?"
Wajah Haechan murung. "Mian... Bukannya aku tidak mau, tapi kau tau sendiri kan? Jaemin membenci ku..."
Terdengar helaan nafas diseberang sana. "Eommanya Jaemin menanyakan mu. Apa yang harus ku jawab?"
"Bilang saja, aku sedang sibuk jadi tidak bisa untuk kerumahnya. Maaf..."
"Gwaenchana, tapi kau harus kesini, eoh? Jangan takut."
Haechan tersenyum tipis. "Ya, sudah ya aku matikan dulu telpon nya?"
Haechan meletakkan kembali telpnnya di atas nakas. Dia memandangi langit-langit kamarnya.
"Apa aku harus kesana? Aku juga merindukan Nana..."
***
"Renjun~ah, bagaimana? Haechan bisa kan kesini?"
Renjun menoleh saat ibu Jaemin bertanya. Renjun tersenyum. "Haechan sedang sibuk, ahjummq. Jadi, dia tidak bisa kesini meskipun dia ingin."
Terdapat raut kecewa di wajah ibu Jaemin. "Begitu ya? Ya sudah. Tapi, Haechan tetap akan kesini kan?"
Renjun mengangguk. "Kurasa iya."
Tatapan mereka berdua jatuh kepada Jeno dan Jaemin yang sedang asik bermain game.
"Apa kalian berempat sedang bertengkar?"
Renjun menoleh. "Maksud ahjumma?"
"Tidak seperti biasanya kalian tidak bersama Haechan. Biasanya anak manis itu selalu berkunjung kesini bersama kalian, tapi sekarang kenapa anak itu tidak bisa? Kalian bertengkar ya?"
Renjun terdiam sejenak, dia mengulum bibirnya. "Untuk itu, sepertinya ahjumma harus menanyakannya pada Jaemin."
***
Haechan menatap pintu rumah yang ada di depannya lamat-lamat. Kedua tangannya terkepal erat. Dia ragu, haruskah dia mengetuk pintu itu atau pulang saja?
Setelah berdebat dengan hati dan pikirannya, Haechan memutuskan untuk mengetuk pintu itu.
Haechan menghembuskan nafasnya dengan pelan, sebelum tangan kanannya mengetuk pintu rumah Na Jaemin.
Ya, dia memutuskan untuk kerumah Jaemin keesokan harinya. Setelah dia pikir-pikir dia juga merindukan sahabat– maksudnya mantan sahabat yang sangat ia sayangi.
Tok! Tok! Tok!
Lama dia mengetuk pintu, pintu akhirnya terbuka membuat jantung Haechan berdetak semakin kencang. Dia gugup.
Terdapat sosok wanita cantik berdiri di hadapan Haechan, wanita itu tersenyum lembut. "Haechan?"
Haechan balas tersenyum. "Annyeonghaseyo, ahjumma..." Haechan sedikit membungkukkan badannya.
***
"Silahkan diminum..."
"Kamsahamnida," Haechan mengambil secangkir teh hangat yang disiapkan oleh Yoona lalu meneguknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sayang Hyung [HIATUS]
RandomCerita seorang kakak adik yang awalnya saling menyayangi. Namun, sang kakak entah kenapa menjadi sangat benci pada adiknya. 'Kau pembunuh!' 'Kau bukan adik ku, dasar pembunuh!' 'Aku bukan pembunuh, Hyung...' 'Hyung...sakit.' 'Haechan~ah...bertahanla...