Haechan, Renjun dan Jaemin sedang berkumpul di kantin. Jangan tanyakan Jeno, mereka masih mendiamkan Jeno.
"Jadi, rencana apa yang kalian miliki?" Tanya Haechan.
Renjun tersenyum tipis, dia mendekati telinga Haechan lantas membisikkan sesuatu disana. Setelahnya, Renjun segera menjauhkan wajahnya.
Haechan membulatkan matanya, menatap Renjun dan Jaemin secara bergantian. "Mwoya?!"
"Waeee???"
"Apa itu tidak berlebihan?! Bagaimana jika itu benar terjadi padamu, Jaemin?!"
Renjun memukul kepala Haechan pelan. "Yak! Pelan kan suara mu! Kau lupa disini juga ada Jeno?!"
Haechan menatap Renjun dengan kesal. "Kau tidak takut, itu akan benar terjadi padamu?"
"Tentu saja tidak. Aku tidak seceroboh itu, lagi pula ini hanya rencana..."
"Kenapa harus itu? Kenapa bukan yang lain?!"
"Hanya itu yang bagus, Haechan~ah..."
"Ya sudahlah, terserah mu saja. Tapi, jika kau ceroboh dan membuat kejadian itu benar terjadi padamu. Aku tidak akan berbicara padamu lagi!"
"Bagaimana kau akan berbicara padaku lagi? Bukankah jika itu benar, aku sudah tidak ada lagi bersama kalian?"
Haechan memukul lengan Jaemin cukup keras. "Na Jaemin! Jangan katakan itu!!"
Jaemin tertawa, dia mengelus lengannya. "Arraseo arraseo, Haechan~ah. Aku hanya bercanda..."
***
Pukul 23:30 KSTJeno menatap bulan yang bersinar terang di langit malam dengan sendu, setengah jam lagi jam dua belas malam. Dan sebentar lagi dia akan berulang tahun.
"Aku kira, mereka hanya berpura-pura tidak mengingat ulang tahun ku. Tapi, ternyata mereka benar-benar melupakannya," Air mata Jeno jatuh begitu saja.
Jeno menatap ponselnya, di ponsel itu ada sebuah gambar yang menunjukkan foto dirinya bersama teman-temannya.
"Aku rasa, aku bisa memaklumi Haechan karena dia baru berteman dengan ku, dan baru tau tanggal lahir ku."
"Tapi, kalian berdua? Kita sudah berteman dari dulu, dari kita masih sekolah menengah pertama. Apalagi kau, Jaemin. Kau dan aku sudah berteman jauh sebelum aku berteman dengan Renjun dan Haechan. Tapi, kenapa kau melupakan ulang tahun ku?"
"Apa, karena kau sudah tidak menganggap ku sebagai teman mu lagi? Atau karena kau sudah memiliki teman baru, jadi kau membuang ku begitu saja?"
Jeno tertawa sarkas. Lalu dia menghapus foto itu. Dan kembali merenung di balkon kamarnya.
Tak lama, ponsel Jeno bergetar. Jeno menatap ponselnya, ternyata Renjun menelfonnya. Jeno berdecak lantas mematikan telfonnya begitu saja.
Beberapa kali, Renjun menelfonnya. Dan Jeno tetap mendiamkannya, dirasa Renjun sudah bosan menelfonnya karena ia tidak mengangkat. Digantikan dengan Haechan yang menelfonnya.
Jeno berdecak, lantas mengangkat telfon dari Haechan. Diseberang sana terdengar helaan nafas dari si penelepon.
"Jeno~ya. Kenapa kau tidak mengangkat telfon dari Renjun, eoh?"
Dahi Jeno berkerut, suara Haechan terlihat sendu. "Ada apa? Kau menangis?"
"Jeno... Datanglah kerumah sakit."
"Untuk? Kau sakit?"
"Ani, datang saja."
"Sirheo! Jika kau tidak ingin mengatakan sesuatu yang jelas. Akan ku matikan telfonnya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sayang Hyung [HIATUS]
RandomCerita seorang kakak adik yang awalnya saling menyayangi. Namun, sang kakak entah kenapa menjadi sangat benci pada adiknya. 'Kau pembunuh!' 'Kau bukan adik ku, dasar pembunuh!' 'Aku bukan pembunuh, Hyung...' 'Hyung...sakit.' 'Haechan~ah...bertahanla...