17.Jeno is angry

505 40 0
                                    

"Yeorobun, apa kalian tidak mengingat hari yang spesial?" Tanya Jeno.

Jeno yang baru saja datang, dengan wajah cerahnya langsung menghampiri teman-temannya yang berkumpul. Tidak ada Haechan disana, tentu saja.

Jaemin menoleh, lalu mengerutkan keningnya. "Hari spesial? Kurasa tidak ada hari yang spesial."

Renjun mengangguk. "Wae? Kenapa kau menanyakan itu?"

"Kalian benar-benar tidak mengingat hari yang spesial?!" Jeno bertanya dengan wajah yang tidak percaya.

Jaemin menggeleng. "Tidak. Terakhir kali hari spesial yang ku ingat, saat ulang tahun Renjun bulan lalu. Setelah itu tidak lagi."

"Jinjja?!!!!"

Jaemin dan Renjun memejamkan mata mereka sejenak saat mendengar suara Jeno yang meninggi.

"Jinjja, Jeno~ya."

Jeno memajukan bibir bawahnya. "Ku kira kita teman," Setelah mengatakan itu Jeno langsung pergi dari kelas.

Setelah Jeno pergi, Jaemin dan Renjun saling tatap dan tertawa. Renjun tertawa sangat keras sembari memegangi perutnya.

"Kau lihat, Jaem?! Haha, wajahnya lucu sekali tadi, haha...." Renjun.

"Ne, haha... Aku ingin sekali meledek wajahnya itu."

Setelah puas tertawa, mereka menghentikannya. Jaemin menatap pintu kelas dengan tatapan penuh arti.

"Tentu saja, kita mengingatnya..."

***

Haechan menatap langit-langit kamarnya. Di telinganya tersumpal earphone, Haechan memutar musik kesukaannya. Sesekali ia bersenandung kecil mengikuti irama.

Ceklek!

Pintu terbuka, menampilkan sesosok Minju yang sudah rapi. Dengan baju warna putih dibalut dengan rompi berwarna hitam, rok diatas lutut dengan warna yang senada, sepatu heels berwarna putih, dengan rambut panjangnya yang dikuncir kuda.

Minju tersenyum tipis, dia menghampiri adik sepupunya itu. Haechan yang menyadari keberadaan Minju, langsung duduk dan mencopot satu earphonenya.

"Noona ingin ke kantor?"

Minju mengangguk. "Haechan berani kan sendiri di rumah?"

Haechan mengangguk. Minju mengelus surai kecoklatan nya lembut. "Noona pulangnya tidak lama. Haechan ingin menitip apa, jika Noona pulang?"

Haechan tampak berpikir, lalu kembali menatap Minju dengan mata yang berbinar. "Haechan mau kimchi jjigae! Boleh kan, Noona?"

"Tidak untuk hari ini ya, sayang? Kau baru saja pulang dari rumah sakit. Yang lain saja, ya?"

Haechan cemberut. "Geundae...Haechan inginnya kimchi, bukan yang lain..." Haechan mengambil tangan Minju, digenggamnya tangan putih itu dengan lembut.

"Noona, jebal... Sekali ini saja," Haechan merengek. Minju mengalihkan pandangannya, tidak berani menatap Haechan yang merengek di depannya. Haechan sangat imut sekarang, dan Minju tidak kuat dengan keimutan adik sepupunya itu.

Minju akhirnya menghela nafas pasrah dan kembali menatap matahari di depannya. "Arraseo... Tapi, untuk hari ini saja, ne? Besok-besok Noona tidak akan membelikannya lagi."

Haechan mengangguk semangat. Minju terkekeh lantas kembali mengelus kepala adiknya. "Ya sudah kalau begitu, Noona pergi dulu ya? Kalau ada apa-apa telfon Noona atau Mark, mengerti?"

Aku Sayang Hyung [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang