4.Nosebleed again

651 54 1
                                    

Cahaya matahari masuk melalui celah-celah jendela gudang. Mata indah yang terpejam perlahan terbuka, Haechan mengernyit saat cahaya matahari itu menerpa wajahnya.

Wajah Haechan tiba-tiba memerah, karena cahaya matahari. Haechan alergi dengan matahari. Lucu, matahari alergi matahari ><

Haechan memegangi perutnya yang bunyi, dia menghela nafas. Dia sangat lapar hari ini, dan semoga Mark mengizinkannya makan.

Perlahan, Haechan berdiri, dia hampir saja terjatuh untungnya dia berpegangan pada lemari yang kebetulan berada di sampingnya.

Dia ingin membuka knop pintu, namun knop itu sudah terbuka dari luar menampilkan Mark yang sudah rapi seperti biasanya.

Mark memandangi Haechan dengan datar. "Cepat bersiap. Aku tidak punya banyak waktu," Mark langsung pergi.

***

Haechan sudah rapi dengan seragamnya, dia turun dan berjalan kearah meja makan yang disana sudah terdapat Mark yang duduk menikmati sarapannya.

Haechan berdiri tidak jauh dari tempat duduk Mark, Mark yang merasakan kehadiran adiknya langsung menoleh dan mendapati Haechan yang juga tengah menatapnya.

"H-hyung... B-bolehkah aku s-sarapan bersama mu? Pe-perutku, sangat lapar," Haechan menunduk tak berani menatap Mark, bersiap menerima bentakan Mark.

Mark menghela nafas, dia baru ingat. Haechan belum makan apapun sejak semalam. Tidak mungkin dia membiarkan anak itu kelaparan dan berakhir sakit. Dia tidak mau repot.

"Duduklah," Haechan langsung menatapnya, dia tidak bergeming. Membuat Mark menghela nafas lagi.

"Ku bilang duduk. Kau ingin sarapan kan? Jangan membuat ku berubah pikiran, Haechan!"

Dengan cepat Haechan langsung berjalan kearah meja makan, dia duduk dihadapan Mark. Dengan perlahan, Haechan mengambil roti bakar yang sudah dibuat oleh Mark, dia mengoleskan selai cokelat pada rotinya.

Mark tidak bisa memasak, memasak telur saja pria itu tidak bisa. Bagaimana mau memasak yang lain? Jadinya, mereka hanya sarapan dengan roti bakar setiap paginya.

"Haechan," Panggil Mark, si matahari langsung menatap kakaknya.

"Ne, Hyung?"

"Jangan berkelahi lagi disekolah. Awas saja jika kau pulang dengan keadaan babak belur seperti semalam. Kau tak akan ku maafkan, mengerti?"

"N-ne... Aku tidak akan pulang dengan keadaan seperti itu lagi, Hyung jangan khawatir."

'Tapi, aku tidak bisa berjanji, hyung...'

Mark mendecih. "Nggak usah baper. Gua bukan khawatir sama lo! Gua cuma nggak mau ngotori tangan gua, dengan mukuli lo setiap hari."

'Karena hyung nggak bisa liat kamu kesakitan, Chan. Tapi, anehnya Hyung juga nggak bisa buat nggak benci kamu...' Batin Mark.

Haechan hanya diam dan melanjutkan sarapannya.

***

Haechan jatuh tersungkur, dan kepalanya terbentur tembok gudang.

Lagi dan lagi. Jeno Jaemin Renjun merundungnya, tidak ada bosan-bosannya ketiga pria itu merundung Haechan. Entah apa salah matahari itu.

Haechan berusaha bangkit. "Ku mohon... Jangan merundung ku, lagi."

"Apa? Apa lo bilang? Jangan merundung lo lagi? Lo bercanda?! Lo tuh mainan kita bertiga, diam dan nikmati setiap pukulan kita!"

Jeno hendak memukul Haechan lagi, namun setetes cairan terjatuh mengenai seragam Haechan.

Mata Jeno terbelalak begitupun Jaemin dan Renjun. Haechan segera menghapus hidungnya yang kembali berdarah.

"L-lo mimisan?!" Panik Jaemin.

Renjun segera menahan tangan Jeno yang sudah di udara. "Jangan diterusin, Jen. Bisa-bisa lo bikin dia mati."

"Udah kita balik aja!" Ucap Jaemin.

Saat mereka hendak pergi, mereka dikejutkan dengan suara debaman yang cukup kuat. Mereka membalikkan badannya dan mendapati Haechan yang sudah tersungkur di lantai gudang dengan darah di hidungnya yang belum terhenti.

"Haechan?!" Mereka langsung berlari menuju Haechan.

Renjun menepuk pipi gembul Haechan. "Hei, lo kenapa?!"

"Dia pingsan?"

"Ayo, kita bawa ke UKS!" Seru Jaemin.

Jaemin segera menggendong Haechan di belakang punggungnya. Agak enggan sebenarnya, tapi Haechan pingsan karena ulah mereka mau tidak mau mereka harus tanggung jawab.

Mereka memang tidak sekali dua kali merundung Haechan. Tapi, ini pertama kalinya Haechan mimisan dan pingsan dihadapan mereka, biasanya anak itu pura-pura sok kuat padahal wajahnya sudah lebam di sana sini.

***

Haechan sudah sadar dan anak itu sekarang berada di halte bis. Dia dipulangkan lebih awal karena kondisinya yang lemah.

Haechan tidak mungkin pulang, dia pasti dibilang bolos oleh Mark, kakaknya akan marah besar. Akhirnya dia pun pergi kerumah sakit untuk memeriksakan keadaannya.

Entah kenapa dia jadi lebih sering sakit, dan hidungnya yang selalu mengeluarkan darah.

Setelah sampai, Haechan langsung masuk ke kamar pasien. Dia sudah membuat janji dengan dokter yang akan memeriksanya.

"Haechan? Ya ampun sudah lama aku tidak melihat mu," Dokter itu tersenyum, lalu mengelus surai Haechan. Choi Siwon namanya, dokter yang membantu persalinan ibunya saat dirinya dilahirkan.

 Choi Siwon namanya, dokter yang membantu persalinan ibunya saat dirinya dilahirkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dr. Choi Siwon

"Annyeong, Ahjussi," Sapa Haechan ikut tersenyum.

"Kenapa kau kesini? Ada apa dengan
keadaan mu?"

"Ahjussi, entah kenapa akhir-akhir ini aku merasakan sakit yang luar biasa di tubuhku. Kepala ku yang tiba-tiba pusing, dan hidung ku yang selalu mengeluarkan darah, aku juga sering kelelahan padahal aku tidak melakukan apa-apa. Sebenarnya aku ini kenapa?"

Siwon terdiam mendengar keluhan Haechan. Dia menatap Haechan seakan tidak percaya.

"Se-sejak kapan kau mengalaminya?" Tanya Siwon. Haechan mengerutkan keningnya melihat perubahan ekspresi Siwon.

"Dua Minggu yang lalu."

"Haechan~ah. Sepertinya kau terkena...."











"Leukimia..."








Maafkan jika ada typo 😄
Voment juseyo

Aku Sayang Hyung [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang