Jaemin merebahkan tubuhnya di tempat tidur, menatap jendela yang memperlihatkan langit yang cerah. Jaemin menghela nafasnya.
"Aish, kenapa aku menangis sih?" Jaemin menghapus air matanya dengan kasar.
"Sakit sekali..." Jaemin mengelus pipinya yang tadi ditampar oleh sang ibu. "Ini pertama kalinya eomma memarahi dan menamparku. Dan itu semua karena anak sialan itu."
"Aku jadi semakin membencinya..."
***
'AKU MEMBENCI MU, HAECHAN.'
'MATI SAJA KAU SANA!!'
Haechan menghela nafasnya lelah, ucapan Jaemin terus berputar di otaknya bagaikan kaset rusak.
"Memang pada dasarnya aku diciptakan untuk tidak merasakan kebahagiaan..."
"Sakit sekali, ya Tuhan..."
Haechan mengusap air matanya yang terus keluar, dia berjalan menunduk dan sesekali menendang kerikil-kerikil yang menghalangi jalannya.
Haechan menghentikan langkahnya, dia menatap hamparan sungai yang berada di depannya.
"Jika aku mati, apakah masalah ini akan selesai?" Gumamnya.
Tanpa sadar, kaki jenjang itu melangkah. Semakin lama, tubuh kurus itu semakin tenggelam dilahap air.
Haechan menatap kosong ke depan, untungnya disekitaran itu tidak ada orang yang berlalu lalang. Jadi, tidak ada yang menyadari jika ada seseorang yang ingin mengakhiri hidupnya.
"Apakah ini saatnya?"
Pria manis itu memasukkan kepalanya ke dalam air, dia sudah mulai pasrah saat nafasnya mulai habis.
Mata lentik itu perlahan terpejam, Haechan membiarkan tubuhnya tenggelam di dalam air.
BYURR!!
"HAECHAN SADARLAH!!!"
"LEE HAECHAN!!"
***
Suara tangisan seorang pria mengalun di lorong-lorong rumah sakit, pria itu mendorong brangkar dibantu oleh suster dan dokter.
Dia berhenti di depan pintu IGD saat sang dokter melarangnya untuk masuk. Pria itu duduk di sebuah kursi yang memang disediakan disana.
Pria itu adalah Huang Renjun.
Huang Renjun, sahabat satu-satunya yang Haechan miliki. Sahabat yang sangat baik padanya. Sahabat yang dengan senang hati masih ingin berteman dengannya meskipun semua orang membencinya.
Dan sahabat yang menolongnya saat dia ingin mati tadi.
Ya, orang yang menolong Haechan saat ingin mengakhiri hidupnya tadi adalah Renjun. Renjun awalnya tak menyadari jika orang yang berdiri di tengah sungai itu adalah sahabatnya sendiri.
Dan setelah menyadarinya, Renjun dengan bergegas menyelamatkan sahabatnya itu. Namun, Haechan tidak kunjung bangun saat dia memberi pertolongan pertama dan akhirnya Renjun membawanya ke rumah sakit tempat Siwon bekerja.
Renjun menutup matanya dan bersender pada dinding rumah sakit.
"Haechan, ku mohon bertahanlah..."
Drrttt!
Drrttt!
Renjun membuka matanya, dan mengambil handphone Haechan yang memang berada padanya.
Mark Hyung
Is callingRenjun mengangkat telepon nya, dia segera menjauhkan handphone itu dari telinganya saat suara Mark langsung terdengar.
"YAK! ANAK SIALAN, DIMANA KAU SEKARANG?!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku Sayang Hyung [HIATUS]
Ngẫu nhiênCerita seorang kakak adik yang awalnya saling menyayangi. Namun, sang kakak entah kenapa menjadi sangat benci pada adiknya. 'Kau pembunuh!' 'Kau bukan adik ku, dasar pembunuh!' 'Aku bukan pembunuh, Hyung...' 'Hyung...sakit.' 'Haechan~ah...bertahanla...