11.Again?

515 48 3
                                    

Keesokan harinya...

Pukul 12.30 KST

Haechan kembali kerumah sakit untuk melakukan kemoterapinya. Dia memasuki ruangan Siwon terlebih dahulu.

Ceklek!

"Ahjussi..." Panggil Haechan pelan saat Siwon sedang sibuk dengan buku-buku medisnya.

Siwon mengalihkan pandangannya pada Haechan. "Eoh? Haechan?"

"Duduklah."

Haechan tersenyum tipis, dia akhirnya masuk dan langsung duduk dihadapan Siwon.

"Haechan~ah, kenapa kau dua hari ini tidak melakukan kemoterapi?"

"Mianhae, Ahjussi. Dua hari yang lalu, Mark Hyung ulang tahun. Sedangkan kemarin aku berjalan-jalan dengan teman ku."

Siwon tampak menghela nafas. "Apa kau tidak tau, Haechan~ah? Jika kau tidak melakukan kemoterapi mu secara rutin. Leukimia dan gagal ginjal mu akan langsung stadium akhir."

"Ya, aku tau. Gwaenchana, Ahjussi. Aku sudah tidak berharap lebih jika aku pasti sembuh. Melakukan kemoterapi hanya sia-sia saja, nyatanya nanti aku akan mati juga."

Siwon diam, tak mampu menjawab Haechan dengan kata-kata. Dia lantas menghela nafasnya lagi.

"Jadi, hari ini kau ingin melakukan kemoterapi?"

"Ya... Untuk yang terakhir kalinya, jujur aku sudah lelah, Ahjussi."

Siwon pun hanya bisa mengangguk. "Arraseo, ayo ikut aku."

Ini keputusan Haechan, jika anak itu memutuskan untuk tidak melakukan kemoterapinya ya sudah. Siwon tau Haechan juga sudah lelah, dan dia yang hanya seorang dokter tidak bisa melakukan apa-apa. Setidaknya dia bisa membuat Haechan untuk bertahan walau tidak akan lama.

***

Haechan baru saja pulang dari rumah sakit. Anak itu berjalan menunduk sambil menendang-nendang batu-batu kecil yang menghalangi jalannya.

Tak lama, Haechan mendengar klakson mobil tepat disebelahnya. Haechan berhenti, lalu menatap mobil Lamborghini berwarna hitam yang berhenti disebelahnya.

 Haechan berhenti, lalu menatap mobil Lamborghini berwarna hitam yang berhenti disebelahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Dia kenal mobil itu, itu mobil kakaknya. Memilih tidak perduli, Haechan kembali melanjutkan langkahnya.

Kaca mobil itu perlahan terbuka, menampilkan kepala Mark yang menyembul keluar. "Yak! Lee Haechan!"

"Apa kau mendengarku?!"

Haechan tidak tuli, tentu saja dia mendengar. Tapi, dia sedang malas hanya untuk berhenti dan mendengarkan kakaknya.

"Lee Haechan, berhenti disana! Atau kau tidak usah pulang kerumah lagi!"

Haechan masa bodoh, dia tetap melanjutkan langkahnya.

"LEE HAECHAN! Noona sekarang berada dirumah kita!"

Haechan lantas terhenti, dia tidak salah dengar kan? Noona? Lee Minju? Minju berada dirumahnya? Haechan takut pada kakaknya yang satu itu, meski hanya kakak sepupu. Minju lebih menyeramkan dibanding Mark.

"Naiklah!!"

Haechan menghela nafas, lalu berbalik dan masuk kedalam mobil Mark.

***

Plak!

"Apa seperti ini tingkah mu?! Kau keluyuran dari siang sampai sore?!"

Haechan mengepalkan kedua tangannya, Minju baru saja menamparnya tadi.

Plak!

"Yakkk! Kau punya mulut, tidak?! Jawab aku!!"

"Mianhae, Noona," Haechan menunduk.

Plak!

"Kau sudah keterlaluan! Kenapa kau selalu menyusahkan Hyung mu?! Apa kau tidak mengerti, lelahnya Mark mencari uang dari pagi sampai malam, sedangkan kau keluyuran entah kemana?!"

Haechan memilih diam, dia berusaha menetralkan amarahnya. Minju yang melihat itu naik pitam.

"KAU MENDENGARKU ATAU TIDAK?! KAU KENAPA MENJADI ANAK PEMBANGKANG SEPERTI INI?! KENAPA AHJUMMA MELAHIRKAN ANAK TIDAK TAU DIRI SEPERTI MU?! KENAPA KAU MENJADI ANAK PEMBAWA SIAL?! KENAPA KAU TIDAK MATI SAJA?!"

"AKU JUGA TIDAK INGIN DILAHIRKAN DI DUNIA INI! JIKA AKU BISA MEMILIH, AKU JUGA TIDAK MAU LAHIR DIKELUARGA KEJAM SEPERTI KELUARGA INI! KENAPA KALIAN SELALU MENYALAHKAN KU?!!! AKU JUGA INGIN MATI!! TAPI, KENAPA SAAT AKU MENCOBA UNTUK MATI, AKU SELALU SAJA GAGAL?! APA KALIAN TIDAK BERPIKIR, JIKA AKU JUGA LELAH?!!! AKU BENCI KALIAN!!"

Bugh!

"BERANI SEKALI KAU MEMBENTAK KAKAK KU, LEE HAECHAN!!!" Bentak Mark. Amarahnya tersulut saat Haechan dengan beraninya membentak kakak sepupunya.

Bugh!

Mark memukul Haechan dengan brutal, dia menendang perut adiknya, membuat Haechan terbatuk-batuk.

"KAU MEMANG TIDAK TAHU DIRI!!"

Mark menendang tulang keringnya, membuat Haechan menjerit kesakitan.

"H-hyung...sakit."

Seolah tuli, Mark tidak mendengarkan lirihan Haechan. Dia terus memukuli adiknya secara brutal. Sedangkan Minju hanya terdiam di tempat, dia tidak menghentikan Mark, menurutnya apa yang dilakukan Mark sudah benar. Haechan harus diberi pelajaran.

"Hentikan, h-hyung..." Lirih Haechan, sungguh badannya sudah sakit semua. Dan dia tidak sanggup untuk menerima pukulan Mark lagi.

Mark menghentikannya, nafasnya terengah-engah. Dia menatap adiknya yang sudah babak belur, pelipisnya yang berdarah, ujung bibirnya yang sobek mengeluarkan darah, dan Haechan yang sedari tadi terbatuk-batuk bahkan batuknya mengeluarkan darah. Tapi, tidak menimbulkan rasa empati pada diri Mark dan Minju. Menurut mereka itu belum seberapa.

Mark menarik rambut Haechan kasar, tapi matanya terbelalak saat helaian rambut coklat adiknya menempel pada jari-jarinya.

Memilih tidak peduli, tangan Mark beralih menarik kasar lengan adiknya. Dia menarik Haechan untuk berdiri, lalu membawa adiknya menuju gudang. Haechan hanya bisa pasrah, tenaganya sudah habis dan tubuhnya sangat lemas sekarang.

Mark mencampakkan tubuh Haechan, membuat tubuh kurus itu menabrak dinding. Haechan meringis pelan.

"Untuk malam ini, kau tidur di gudang! Tidak ada makan malam untukmu," Setelah mengatakan itu. Mark segera pergi dari sana, menutup pintu gudang lalu menguncinya.

Tepat setelah pintu gudang tertutup, Haechan ambruk dan tak sadarkan diri.

Janlup vote dan coment ya...

Aku Sayang Hyung [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang