Rendi POV
Dering telfon dipagi buta membuatku terjaga dari mimpiku.
Aku melihat nama PAPA di layar ponselku."hallo".sapa papa diseberang sana.
"iya Pa,ada apa pagi-pagi gini udah nelfon?" tanyaku sambil masih memejamkan mata."Ren,kali ini kamu harus dengerin kata papa!" suara papa sedikit meninggi.
"ada apa sih pa? Rendi masih ngantuk ne."jawabku asal.
"kamu harus pulang ke rumah hari ini juga,kamu ngapain jauh-jauh kerja nggak ada hasilnya.Papa bisa kuliahin kamu kalau kamu mau.
Sekarang lihat hidupmu,begitulah kalau kamu tidak pernah mau dengerin kata papa".seru Papa seolah sedang memarahiku.
Aku langsung terperanjat kaget."maksud papa apa menyuruhku pulang sekarang?,papa kan tau aku nggak mau kuliah dan sekarang aku sedang kerja disini." kataku sedikit meninggi.
"papa nggak mau tau.kamu harus pulang.kalau kamu nggak mau kuliah,kamu bisa kerja disini.papa akan carikan pekerjaan yang lebih baik dan bisa menjamin masa depanmu.kalau kamu tetap bersikeras,papa yang akan jemput kamu."sahut papa lalu menutup telfonya.
Aku mengacak rambutku frustasi.ketika aku baru lulus SMA,papa memang ingin sekali aku melanjutkn belajarku.tapi aku nggak mau.aku capek nguras otak cuma buat mikirin pelajaran ini itu.
Lalu aku memutuskan untuk bekerja.beberapa kali aku pindah kerja hingga pada akhirnya aku disini sekarang.disebuah kota yang jauh dari kota kelahiranku."loe kenapa bro,pagi-pagi udah ngelamun aja?".ucapan Febryan membuyarkan lamunanku.
"gue bingung,bokap suruh gue balik kerumah.katanya kerja disini nggak ada hasilnya".
"kenyataanya memang kayak gitu kan? Terus apalagi yang bikin loe bingung? Cewek loe?" selidik Febryan.
"bukan Feb,loe kan tau sendiri gue banyak utang sama manager kita.kalau gue kabur,bisa tambah rumit urusanya".jelasku.
"ya loe kn tinggal minta duit sama bokap buat nglunasin utang loe,abiz itu loe bebas deh."sahut Febryan.
"nggak segampang itu Feb.bokap pasti bakal marah banget kalau beliau tau gue sampe ngutang-ngutang disini.loe sih nggak tau bokap gue kayak gimana".
"bokap bokap loe,ngapain juga gue harus tau". Cibir Febryan sambil ngeloyor ke kamar mandi.
Aku mendengus kesal.Otakku benar-benar berpikir keras.aku bingung harus kasih alasan apa ke papa kalau sampai beliau tiba-tiba menjemputku.
Papa memang selalu begitu.apapun yang papa inginkan harus dituruti.nggak peduli aku seneng atau nggak.Author POV
Febryan sedang asyik main gitar saat Rendi tiba-tiba mengagetkanya.
"woii playboy kampret." seru Rendi kepada Febryan sambil menepuk pundak temanya itu.Febryan hanya menoleh lalu kembali bersenandung.
Malam itu mereka sedang duduk-duduk diteras kost'an mereka sambil menikmati kopi dan melihat bintang-bintang yang cukup terang.
"menurut loe alasan apa ya yang bisa bikin bokap gue mengurungkan niatnya dan membiarkan gue tetap disini"tanya Rendi kepada Febryan.
"kalau loe tanya gue,terus gue tanya siapa ha?" cibir Febryan sambil terus memainkan gitarnya.
"gue serius kali.loe mah nggak prihatin banget liat temen loe lagi susah." sungut Rendi.
Febryan hanya tertawa kecil."ahaa gue tau apa yang harus gue lakukan." seru Rendi nampak senang.
Rendi mengambil ponselnya dan mencoba menghubungi seseorang.