missunderstand

59 3 0
                                    


Rendy POV

Pagi ini aku sungguh tidak bersemangat bekerja.gara-gara kejadian kemarin aku jadi sulit berpikir positif.
Dikantor teman-teman serasa melihatiku dengan tatapan aneh.mungkin memang aku terlihat sangat aneh saat ini.
Aku melihat Febryan sedang berbincang dengan salah satu rekan kerjanya dilobi kantor.
Febryan memang kembali,tapi dia berubah,seperti tidak pernah ada pertemanan diantara kami.dia cuek,tidak mau bicara padaku,jangankan bicara menegurpun tidak.bahkan sekarang dia pindah dari kost.mungkin dia sengaja menjauh dariku.haah kenapa semua orang menjauhiku??
Aku mengusap wajahku frustasi.

"are you okey?" suara winda menyadarkanku.

"ya." jawabku tak bersemangat.

"kita harus segera terjun kelapangan sekarang.gimana jadinya kalau kamu masih tak punya semangat seperti ini?" ucap Winda.

"jangan khawatir,aku type orang yang profesional.kita berangkat sekarang." kataku lalu segera beranjak.

"aku dengar Fani memutuskan pertunangan." suara Winda sedikit keras sehingga reflek membuat seisi ruangan menatap kearah kami.
Aku berbalik kearahnya dan menatapnya tajam.

"pelankan suramu." ucapku marah.

"ups maaf,aku terlalu antusias." cibirnya membuatku sangat geram.

"benarkah?kamu putus dengan tunanganmu?" tanya salah satu temanku tak percaya bersamaan dengan datangnya Febryan dari lobi dan melintas di depanku.
Mendengar pernyataan itu langkah Febryan terhenti sebentar tanpa berbalik kearahku. lalu dia bergegas pergi menuju ruangan manager.

"sudahlah gak usah dibahas.ini urusan pribadi gue.kalian gak usah ikut campur." ketusku lalu ngeloyor keluar kantor yang diikuti Winda.

Selama jam kerja berjalan aku selalu kehilangan konsentrasiku.membuat Winda nampak sedikit kesal terhadapku.sepertinya otakku ini butuh istirahat.

Jam makan siangpun tiba.Winda mengajakku makan disebuah rumah makan lesehan.
Aku segera duduk lalu menelungkupkan kepalaku diatas meja didepanku.

"kamu pesen apa?" tanya Winda.

"samain aja".jawabku tetap pada posisiku.Winda beranjak untuk memesan makanan dan tak lama kembali duduk didepanku.

"kamu kenapa sih kak?masih shok dengan keputusan tunanganmu itu?. " tanya Winda sok tau yang langsung membuatku emosiku sedikit meninggi.

"gue kan udah bilang loe gak berhak ikut campur.lagian loe ngapain berkoar-koar dikantor segala tadi ha?malu-maluin tau gak?".

Winda tersenyum kecut.
"siapa juga yang berkoar-koar?aku kan cuma nanya,kenapa kamu sewot?heran dech."

aku melototinya.
"tapi loe tu gak tau tempat."

"please dech kak.aku kan juga reflek nanyanya masa aku harus...."

"halah udah dech,ini semua juga gara-gara loe.gue balik.lanjutin kerjaan loe sendiri." bentakku lalu segera meninggalkan tempat itu.

"loh??kok aku sih?emang aku kenapa??makanmu gimana?" seru Winda.tapi aku tetap tidak mempedulikanya.

===

sore itu Febryan tengah berdiri didepan tempat kerja Fani sambil sesekali mengotak-atik ponselnya.sepertinya dia sedang menunggu seseorang.
Tak lama kemudian seorang gadis menghampirinya dengan membawa dua botol air mineral ditanganya.

"sory lama nunggunya." ucap gadis itu sambil menyodorkan 1 botol air untuk Febryan.

"thanks." ucap Febryan lalu meneguk habis sebotol airnya.

Last LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang