Hmmh oke setelah sekian lama tertunda.kali ini saatnya melanjutkan.SEMANGAD!!
Happy reading :-)Rendy terbaring lemah diatas kasur rumah sakit.kecelakaan itu membuat kaki kirinya harus dibalut banyak perban.tapi meskipun begitu bibirnya tak henti menyunggingkan senyuman.itu karena selama dua hari dirawat Fani terus menemaninya.Fani bahkan meninggalkan pekerjaanya hanya untuk menemani Rendy dirumah sakit.
"makasih ya Fan kamu udah nemenin aku selama dua hari ini.padahal luka dikepala kamu masih belum sembuh".ujar Rendy lirih.
"gak perlu berterima kasih.toh kak Rendy kayak gini juga gara-gara aku".sahut Fani datar.
Sebenarnya bukan cuma luka dikepala Fani yang belum sembuh.tapi luka dihati Fani jauh lebih parah gara-gara kejadian sore itu.tapi Fani coba menutupi semuanya.
"aku minta maaf atas kejadian waktu itu,aku gak bermaksud..."
"maaf kak,aku lagi gak mau bahas soal itu".sergah Fani memotong pembicaraan Rendy.
Suasana menjadi hening,mereka terhanyut dalam pikiran masing-masing.
Tok tok tok terdengar suara ketuk pintu.
"permisi".sapa seorang dokter laki-laki paruh baya.Namanya dokter Firman.
"apa saya mengganggu?" tanya dokter Firman tersenyum penuh arti.
"eng enggak dok".jawab Fani sedikit gugup.
"bagaimana dok? Kapan saya boleh pulang?" tanya Rendy antusias.
"sabar nak Rendy,kami masih harus melakukan perawatan intens.oh iya sudah dua hari dirawat,tapi saya belum melihat orang tua nak Rendy disini? Apa beliau mengetahui kalau nak Rendy dirawat?".
"iya dok,orang tua saya tau kalau saya dirawat.hanya saja mungkin mereka terlalu sibuk,jadi belum sempat menjeguk saya.tapi sepertinya sore ini mereka akan datang." jelas Rendy.
Orang tua Rendy memang belum kelihatan berada dirumah sakit sejak Rendy dirawat.mungkin itu alasan Fani selalu menemaninya.
Setelah memeriksa keadaan Rendy,dokter Firman berpamitan untuk mengecek pasien-pasien lain.
Fani yang sedari tadi duduk disamping ranjang tetap diam tak bersuara.Fani nampak sedang memikirkan sesuatu.
"are you okey?"
"ya?" Fani tersentak kaget.
"ngalamunin apaan sih? Mending suapin aku deh daripada bengong.ntar kesambet lho". Ucap Rendy mencoba mencairkan suasana.
Fani tetap tidak bergumam.dia mengambil semangkok bubur dimeja lalu menyuapkanya ke mulut Rendy tanpa berkata sepatah katapun."ehm."
Suara itu menghentikan aktivitas mereka.terlihat Febryan telah berdiri didepan pintu.tanganya membawa sesuatu dan matanya menatap Fani tajam."loe gak kerja?" selidik Rendy.
"udah balik".jawab Febryan lalu menghampiri Fani.
"biar gue yang lanjutin.loe makan dulu." ucapnya sambil menyodorkan nasi kotak ke Fani.
"gue gak laper."
Gak peduli dengan jawaban Fani,Febryan langsung mengambil mangkok bubur yang dipegang Fani dengan kasar.
"bisa gantian gak duduknya,loe bisa duduk disofa.gue pengen juga nyuapin sahabat gue yang lagi butuh perhatian.dan ini,loe gak mau ngehargain makanan gue??"
Fani terkejut dengan sikap Febryan.dan terpaksa menurutinya.
Rendy juga sedikit heran dengan sikap Febryan saat itu."kenapa cuma Fani yang loe bawain makanan? Gue mana?"