Fani meneguk habis sebotol air putih ditanganya,ibunya yang melihat tingkah anak gadisnya itu menggeleng heran.
"haus banget ya Fan?" tanya ibunya dengan senyuman penuh arti.
Fani cuma nyengir dan bergegas masuk kamar tapi langkahnya terhenti saat melihat sebuah amplop yang tergeletak diatas meja didepan kamarnya."Bu,ini apa?" tanyanya kepada ibunya.
"oh iya,itu tadi ada kiriman buat kamu."
"dari siapa?"
"tulisanya sih dari Febryan.tapi nggak tau juga kenapa dia harus kirim pakai POS,biasanya juga kerumah kalau mau ada apa-apa."
Jantung Fani berdetak lebih cepat saat mendengar ibunya menyebut nama Febryan.antara kesal juga bahagia bercampur jadi satu.dia benar-benar sangat merindukan laki-laki itu.
Fani langsung mengambil amplop tersebut dan dengan tidak sabar membukanya.begitu besar harapanya untuk bertemu kembali dengan laki-laki yang telah merubah hidupnya itu.Tapi betapa hancur hatinya ketika tau isi amplop itu,nama Febryan Permana Putra dan Issabella Anindra tertulis jelas diselembar kertas itu.hanya selembar kertas tapi mampu membuat hati seorang Fani hancur berkeping-keping.
Tanganya gemetar,tubuhnya tiba-tiba merasa lemas.
Undangan pernikahan itu jatuh kelantai bersamaan dengan bulir airmata yang menetes dipipi Fani.tubuhnya luruh kelantai,gadis itu menangis,airmatanya semakin deras membanjiri pipinya,kedua telapak tanganya menutupi wajahnya."Fan apa isi amplopnya?" tanpa mengetuk pintu Ibunya tiba-tiba masuk kekamarnya,dan betapa terkejutnya setelah melihat anak gadisnya tengah menangis sesenggukan dilantai.
"lho apa yang terjadi Fan?kenapa kamu menangis?" tanya ibunya kebingungan lalu menghampiri Fani.
Fani langsung memeluk ibunya erat-erat sambil terus menangis.
Disela-sela pelukanya tanpa sengaja ibunya melihat kertas Undangan pernikahan itu,dari situ dia mulai tau bahwa inilah alasan kenapa Fani menangis."kamu mencintai Febryan??" tanya ibu lembut sambil melepaskan pelukanya.
Tapi Fani tak menjawab."jawab ibu nak,apa kamu mencintai Febryan?" tanyanya sekali lagi.
Fani mengangguk."apa Febryan mencintai kamu?"
Fani menggeleng kuat."kertas itu udah cukup menjawab semua penantianku selama ini Bu.Febryan nggak pernah mencintai aku" tutur Fani masih terisak.
"aku bodoh,aku benar-benar bodoh karena telah berharap banyak padanya.harusnya aku nggak terlalu mempedulikanya,karena ternyata aku bukanlah siapa-siapa untuknya." ujar Fani,tangisnya semakin pecah.
"kita tidak perlu menjadi siapa-siapa untuk sekedar mempedulikanya.karena cinta tidak pernah menuntut apapun.cinta yang tulus hanya ada disini Fan,dihati kamu.bahkan saat orang yang kita cintai tidak pernah mencintai kita,kita masih tetap pada perasaan kita.karena terkadang cinta sejati itu berarti melepaskan,melepaskan orang yang kita cintai bahagia walaupun tidak bersama kita." tutur ibunya menenangkan.
Fani menarik nafas dalam sambil memejamkan matanya."ibu tau Febryan adalah salah satu alasanmu memutuskan pertunangan dengan Rendi.dan ibu juga sangat tau ini begitu berat buat kamu,tapi saat ini takdir berkata lain,Febryan bukanlah takdirmu.mulailah hidup baru tanpa dia nak.kamu percaya kan kalau tulang rusuk nggak akan pernah tertukar sama pemiliknya." ujar ibunya lembut.Fani berusaha tersenyum dan memeluk ibunya sekali lagi.
____
"loe nggak penasaran,siapa yang hampir tiap hari naroh mawar putih di meja kerja loe?" tanya Via antusias.pasalnya selama enam bulan terakhir ini hampir setiap pagi dimeja kerja Fani selalu ada tujuh tangkai bunga mawar putih tanpa ada nama pengirimnya.tapi Fani tidak pernah merespon,malahan bunga-bunga itu selalu berakhir di tong sampah.Via sendiri dibuat heran dengan sikap sahabatnya itu.