Fani POV
Aku nggak habis pikir dengan Febryan.kenapa dia seposesif itu?dia pikir dia siapa??
Aku mungkin memang mencintainya,tapi bukan berarti aku suka dengan sikapnya yang seperti ini.aku sungguh tidak mengerti kenapa dia menyebutku bodoh,menyebutku buta karena cinta.Ok fine,aku memang bodoh,bodoh karena masih bersikap baik untuk Rendy.tapi aku nggak buta.aku hanya melakukan yang seharusnya.
"ngapain disini?kenapa nggak masuk?".suara ayah menyadarkan lamunanku.Aku melihat kearahnya yang tengah berdiri didepan pintu.
"capek yah".jawabku singkat dengan senyum yang dibuat-buat.
"masuklah ibumu menunggumu".aku mengangguk patuh lalu mengikuti perintah ayah.
Sepanjang perjalanan pulang aku terus merutuki Febryan dalam hati.aku benar-benar bingung mengartikan sikapnya akhir-akhir ini.sesaat dia terlihat hangat dan lembut,tapi kemudian dia berubah seperti singa yang siap menerkam mangsanya.
"dasar cowok aneh".
al hasil sampai rumah aku memutuskan untuk meletakkan bokongku dibangku teras sejenak agar emosiku sedikit teredam.Aku langsung menemui ibu yang tengah menyiapkan makan malam lalu mengambil air dikulkas dan meneguknya habis.ibu tersenyum dan menggelengkan kepala melihat tingkahku.
"kenapa ibu tersenyum?lagi seneng?atau dapat doorprize?".
"kamu haus apa rakus?".ledek ibu.
"dua duanya bu." sahutku lalu beranjak ke kamar.
"makan malam dulu Fan."
"ya,aku bersih-bersih badan dulu."
Selesai membersihkan badan aku kembali ke meja makan.ayah ibu sudah menungguku.
"rasanya sudah lama kita tidak makan malam bersama seperti ini ya yah."ibu mulai membuka percakapan disela sela makan.ayah tersenyum dan menatap kearahku begitu juga dengan ibu.
Aku yang merasa bingung karena disorot oleh empat mata sekaligus reflek menghentikan aktifitas makanku."kenapa menatapku?memangnya itu salahku kalau ibu dan ayah jarang makan malam bersama lagi?ayah kemana aja sampai membiarkan istrinya makan malam sendirian.tega banget sih."protesku serius yang membuat keduanya tertawa bersamaan.
"apanya yang lucu?" sambungku lagi lalu melanjutkan makanku.
"memangnya beberapa hari ini kamu makan malam dimana dan sama siapa hm?".pertanyaan ayah kali ini berhasil membuatku terkejut.
Aku baru sadar kalau ternyata beberapa hari ini aku sering melewatkan moment ini bareng mereka.aku terlalu sibuk kerja, dan ngurusin Rendy hingga aku harus selalu pulang larut malam."ibu gak mempermasalahkan pekerjaanmu,karena itu memang sudah tanggungjawabmu.tapi Rendy,dia punya orang tua yang bisa menjaganya 24jam.jadi kamu gak perlu habiskan waktumu untuk menjaganya.pikirkan juga kesehatanmu nak."ujar ibu.
"ayah juga yakin selama ini kamu pasti melupakan makan malammu."ucapan ayah kali ini membuat aku bingung harus berkata apa.sejak memutuskan untuk selalu merawat Rendy,aku memang sering melupakan makan malamku.mungkin hampir tiap malam aku melupakanya.
"kenapa diam?apa kamu harus nunggu sakit supaya kamu tau kalau tubuh kamu juga perlu diperhatikan?".ucap ibu ketus.
"yaelah bu,baru juga berapa hari.ibu lebay deh." sahutku asal membuat ibu menatapku dengan tajam.
"Fan,ibu mohon dengerin ibu kali ini.kenapa kamu masih saja repot-repot ngurusin Rendy sementara kamu sendiri tau Rendy sudah..." aku segera menginjak kaki ibu sebelum ibu melanjutkan ucapanya dan membuat ibu meringis kesakitan kearahku.aku tau ibu pasti akan mengatakan masalahku dengan Rendy.aku belum siap ayah mengetahui soal ini.