Waktu sudah menunjukkan jam 01.30 wib,tapi mata Rendy masih belum juga terpejam,padahal besok pagi dia harus masuk kerja seperti biasa.laki-laki itu nampak gelisah.dia mencoba menutupi wajahnya dengan bantal lalu membukanya lagi lagi dan lagi.entah apa yang sedang membuat kacau pikiranya.
Rendy POV
Malam sudah selarut ini,tapi mataku tak juga mau terpejam.entah kenapa aku merasa kesepian.aku merasa ada yang kosong dalam hidupku.
Sekarang kakiku mungkin sudah benar-benar sembuh,aku bisa berjalan kemanapun aku mau,bahkan aku bisa berlari jika aku ingin.
Tapi kali ini hatiku yang cacat,aku merasa akan kehilangan sesuatu cepat atau lambat.
Setelah aku sembuh Fani justru terasa semakin menjauh dan aku gak tau apa alasanya.dia gak pernah lagi mengunjungiku,bahkan tiap aku telfon gak pernah diangkat,disms gak dibalas.sekalinya dia jawab telfonku pasti ada aja alasan yang membuat dia segera menutup telfonku.
Berkali-kali aku datang kerumahnya,dia juga selalu menghindar.ada acaralah,lemburlah,kemanalah.aku jadi bingung mengartikanya.
Sudah hampir 2bulan Febryan pergi dan gak ada kabar sama sekali.mama pulang kesurabaya.Fani menjauh gak tau kenapa.aku jadi benar-benar ngerasa sendiri sekarang."aaarrgghh".aku membuang bantalku lalu bangkit dari tidur dan meraih ponselku dimeja.aku mencoba menghubunginya.
"hmm hallo. " suaranya terdengar lemah,mungkin dia sudah tidur.
"akhirnya kamu mau jawab telfonku Fan." pekikku girang.
"ngapain sih malam-malam telfon,ganggu orang tidur aja."kali ini suaranya terdengar marah.
"kita perlu bicara Fan."
"bicara apa lagi?aku ngantuk,selamat malam." ucapnya lalu menutup telfonya.
Aku benar-benar kesal dibuatnya.apa sih maunya gadis ini?sangat sulit dimengerti.
Author POV
Siang itu tampak seorang gadis sedang terduduk lesu disudut gudang.gadis itu memeluk lututnya dan menundukkan kepalanya.
"loe ngapain sih duduk disini kayak narapidana?".protes salah satu temanya.tapi gadis itu tetap pada posisinya dan tak bergeming sama sekali.
"helloo loe gak mati kan Fan?". Sambungnya lagi kali ini dengan nada tinggi.Fani mendongakkan kepalanya dengan mata sedikit terpejam.
"loe berisik banget sih Vi." sahut Fani lemas.
"Oh my God loe tidur?" pekik Via sedikit tak percaya.Fani kembali menundukkan kepalanya dan ingin kembali tertidur.tapi Via menarik tanganya membuatnya terpaksa berdiri.
"loe apaan sih ganggu tidur gue aja." protes Fani kesal.
"ini jam makan siang,bukan jam tidur siang." tegas Via sambil menyeret Fani menuju tempat makan langganan mereka.Fani mengerucutkan bibirnya dan terpaksa mengikuti langkah Via.
Sesampainya ditempat yang mereka tuju,Fani langsung duduk dikursi yang telah disediakan dan meletakkan kepalanya diatas meja yang berada didepan kursi yang ia duduki.dia terlihat lemas sekali.
"loe pesen apa Fan?"seru Via.
"gue tidur aja."
"Fan gue serius."bentak Via.
"ya udah deh terserah.samain aja sama punya loe."jawab Fani tak bersemangat.
Fani hanya mengaduk-aduk makananya tanpa berencana memakanya.Via yang melihat kelakuan sahabatnya itu sedikit heran.
"kenapa loe aduk-aduk terus tuh makanan?pusing kali makananya.gue aja yang ngliatin migrain." cibir Via.
"lebay."jawabnya singkat.