8.2. Bukan Mayat Hidup

714 27 1
                                    

Kades Usep yang datang terlambat dan menyaksikan kejadian tersebut memastikan. "Kuntala, benar itu kamu? Jika benar, tolong beri kami penjelasan. Lihat keluargamu histeris, dan para tetangga ketakutan."

Kuntala melepas rengkuhan nenek dan adiknya. Menatap Kades, lalu melihat sekeliling, barulah ia sadar jika sudah membuat kehebohan.

"Pak Kades, benar saya Kuntala, masih hidup dan segar bugar. Para tetangga, mohon maaf kalau saya membuat kegemparan. Saya baru bisa kembali karena banyak hal yang saya alami. Untuk ke depannya saya mohon hanya Kades, dan Ustaz saja yang bisa saya ceritakan. Mohon bantuannya."

Menilai situasi yang rumit, Kades berpikir, Kuntala pasti memiliki banyak hal rahasia yg tidak ingin diceritakan pada orang lain. Untuk itu dengan kewibawaannya, ia meminta para tetangga untuk pulang dan tidak menyebar kabar mengenai kepulangan Kuntala.

Setelah semua tetangga akhirnya pulang, tinggallah Kades dan Ustaz Ma'ruf yang masih bertahan. Kuntala duduk di ruang tamu disuguhi segelas teh manis dan sepiring Nagasari dan katimus oleh Caca--sisa-sisa jamuan yang dibawa para dibawa tetangga.

***

Karena sangat lapar, Kuntala pun menghabiskan dua gelas teh manis dan sepiring kue dalam sekejap.

"Nah, Kuntala, ceritakanlah," titah Usep setelah Kuntala mengisi perutnya.

Selanjutnya Kuntala menceritakan semua kejadian yang dia alami, tentu kejadian yang dia alami di alam siluman tidak seluruhnya dia ceritakan.

"Jadi benar ini perbuatan anak buah Juragan Bejo. Jika begitu kamu akan dalam bahaya, Kuntala. Kamu harus hati-hati. Meskipun aku Kades, tetapi di belakang Bejo ada kekuatan besar yang selama ini mendukungnya yang belum tentu aku sanggup melawannya. Aku hanya bisa melaporkan pada Kapolsek dan meminta bantuan penjagaan untuk kalian. Untuk saat ini, kalian jangan bepergian dulu."

Mereka termenung dan merasa khawatir. Melihat itu, Kuntala menenangkan mereka.

"Jangan khawatir, kami akan baik-baik saja."

Mereka pun pamit pulang. Namun, sebelum beranjak pergi, Ustaz Ma'ruf memanggilnya untuk berbicara berdua.

"Kuntala, aku melihat dirimu yang berbeda. Kekuatan yang aneh dan sangat kuat. Tapi aku tak melihat ada khodam. Apakah ini berhubungan dengan kembalinya kamu dengan selamat? "

Kuntala tersentak. Ternyata, Ustaz muda guru ngaji Caca itu mampu melihatnya.

"Eh, Ustaz. Bukan apa-apa. Saya juga tak paham apa yang terjadi dengan saya, Ustaz. Mungkin ini anugerah dari Yang Maha Kuasa."

"Ya, sudah. Alhamdulillah. Aku bersyukur, kamu selamat. Insya Allah, lain waktu berkunjung dengan Abah." Ustaz pun pamitan.

Setelah hanya bertiga, Kuntala meminta adiknya untuk sementaranya tidak keluar rumah. Juragan Bejo pasti masih menginginkan Caca. Juragan itu terkenal berani menikahi anak-anak kecil seusia Caca. Sementara itu, pengaruh kekuatan keluarga besar Bejo juga sangat kuat. Ayahnya seorang juragan tanah, kakeknya seorang dukun terkenal.

"Kak, tapi bagaimana dengan ngaji dan sekolah Caca?"

"Untuk saat ini belajar dulu di rumah. Kakak akan membimbingmu."

"Tapi kita tak punya uang dan bahan makanan, Kun. Amih mendapatkan jamuan pun dibawa dari para tetangga. Tak ada kayu bakar, beras, apalagi lauk."

"Tenanglah, Amih. Itu nanti biar Kun yang selesaikan."

"Ya sudah, Caca mau bantu Amih dulu beres-beres di dapur, bekas tahlilan masih berantakan." Kuntala mengangguk.

***

Setelah keluarganya pergi. Kun memanggil leluhurnya.

"Tuan?"

Hening.

"Tuan!" panggil Kuntala keras.

"Hm!" Terdengar suara khasnya.

"Apakah bisa membantu saya agar keluarga saya tidak kelaparan?"

"Hmm." Leluhurnya muncul bersedekap.

"Tuan, apapun akan saya lakukan selama itu tidak melanggar aturan langit dan bumi?" mohon Kuntala.

"Kamu, harus rajin latihan."

"Saya bersedia, Tuan. Tapi, Tuan. Apa saya bisa tenang hanya berlatih sementara keluarga saya kelaparan? Apa latihan saya bisa membuat perut mereka kenyang?" Kuntala menatap tuan leluhurnya dengan wajah memelas.

"Kamu itu, tak usah memasang tampang menyedihkan!"

"Latihan saja. Urusan lain akan menyusul. Selama langit dan bumi masih berdiri, aku dan Jati Nirwana masih ada. Tak akan kubiarkan kalian kelaparan."

"Terima kasih, Tuan!" Kuntala lega. Ia berharap leluhurnya itu dapat membantu keluarganya.

"Tapi...."

"Tapi apa Tuan?"

***

Catatan :

Jurig : Hantu

SUAMI SILUMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang