12.2. Menguak Tabir Penculikan

862 33 2
                                    


Pengumuman: quiz untuk para pembaca berhadiah satu buah novel dan pulsa untuk 3 orang pemenang. Caranya: share akun WP Kandita_Ratu, tag 5 orang teman. Screenshoot dan kirim ke nomor WA saya.

Subscribe, komen, dan vote semua bab di Cerita Kuntala, Suami Pilihan Abah, That Pale Girl. Beri komentar menarik sebanyak-banyaknya. Jika sudah mentok. Sila kabari saya di WA.  Batas waktu Sejak pengumuman s.d selesai.

"Yap. Kamu cerdas. Apakah kamu pernah mendengar sesuatu?"

"Saya sebenarnya heran, mengapa Bejo yang  hanya juragan tanah bisa memiliki kekayaan dan kekuasaan yang sangat kuat. Kecurigaan saya makin kuat mendengar anak-anak kecil itu setelah menikah dengannya beberapa waktu, menjadi sakit atau meninggal. Salah satu teman sekolah Caca pernah jadi korbannya. Meskipun yah, pernikahan di bawah umur di desa ini sudah biasa, dan malah banyak yang senang karena perekonomian hidupnya bisa ditopang dengan kekayaannya keluarga Bejo. Akan tetapi, bagi saya itu sesuatu yang tidak bisa diterima. Dan yang lebih mengherankan saya, mengapa selevel Pak Kades dan Pak Kapolsek tidak berani menindak lebih jauh mereka?"

"I, itu..." ucap Usep terbata-bata. Tangannya meremas dan mengepal.

"Tenang, Kuntala," ujar Iskandar. "Masalah Bejo bukan hanya sekedar menikahi anak di bawah umur, renternir, dan percobaan pembunuhan. Namun, jauh lebih pelik dari itu."

"Bisakah Bapak jelaskan pada saya?"

Kepala Kapolsek itu tak segera menjawab. Ia lebih dulu menyalakan sebatang rokok dan menyesapnya dalam-dalam. Kuntala merasa sikap Iskandar sedang gelisah. "Sebenarnya, ini bersifat rahasia. Namun, karena kamu terlibat langsung dan saya mendapat rekomendasi, kalau kamu bisa membantu kami, maka akan saya ceritakan asal kalian tidak bocor keluar."

"Baik saya janji," tegas Kuntala.

"Saya juga!" susul Kades.

Suasana menjadi begitu serius kala Iskandar mulai menceritakannya.

"Apa kamu pernah mendengar money laundry dan Human Trafficking?"

"Praktik pencucian uang para koruptor dan perdagangan manusia?"

"Nah, ya. Bisa koruptor bisa juga uang ilegal yang beredar dari hasil narkoba atau kegiatan ilegal lainnya. Apakah kamu pernah mendengar pelacuran anak di bawah umur atau penjualan anak untuk kepentingan organ manusia?"

"Bapak mencurigai pernikahan perawan di bawah umur Bejo ada hubungan dengan semua ini?"

"Ya. Kami menemukan aliran dana para koruptor dan mafia masuk komplotan Bejo. Namun, sejauh ini kami tak menemukan bukti dan keberadaan uang tersebut. Bukti transaksi yang ada selalu menghilang. Saksi yang kami kumpulkan selalu mengalami banyak musibah tak terduga. Termasuk anggota saya dan keluarga saya."

Kuntala seketika dapat merasakan hati dan pikiran Kapolsek yang menahan gejolak emosi terpendam. Ia yakin, Iskandar mengalami banyak hal yang pedih dalam hidupnya karena masalah ini.

Iskandar bercerita. Bejo dicurigai ada hubungan dengan para mafia pencucian uang dan praktik perdagangan anak-anak di bawah umur. "Nah, Kuntala. Apakah kamu bersedia membantu kami mengungkap dan membereskan kasus ini?" tanyanya usai bercerita.

"Saya bersedia membantu. Namun, saya hanyalah anak SMA biasa, Pak."

"Tidak masalah, Nak. Saya sudah menyelidiki kamu. Sejak kejadian kembalinya kamu dari telaga, aku sudah tahu kamu bukan remaja biasa. Aku mendapat petunjuk dari orang pintar, hanya kamu orang yang bisa bantu. Selain itu, Kades sudah memberi kesaksian pengobatan istrinya. Kami yakin hanya kamu yang bisa melawan komplotan Bejo."

"Apa? Kalian menggunakan orang ... pintar, untuk menangani kasus?" Kuntala tercengang.

"Ini memang.  Ini sudah jadi rahasia umum, kok. Tidak masalah, tokh, di luar sana, bahkan ada pasukan khusus menangani urusan seperti ini dari para ahli supranatural."

Kuntala menggeleng-geleng mendengarnya.. Namun, ia bertekad membantu membongkar hingga ke akar. Pemuda itu merasa kasus Bejo tak sesederhana itu. Bukan hanya komplotan kecil di belakangnya. Akan tetapi ada energi gelap yang bisa ia rasakan. Kuntala merasakan firasat, banyak kelompok besar dan kuat yang terlibat.

"Nak Kun, setelah ini, apakah kamu bisa bantu menyembuhkan penyakit ibu saya yang sudah bertahun-tahun lumpuh? Kami sudah mencoba segala cara pengobatan. Namun, tak ada kemajuan."

"Selagi bisa membantu, saya akan membantu mengobati ibunya Bapak. Tapi, saya hanya perantara, soal kesembuhan bukan hak dan bagian saya."

"Saya paham. Tidak ada salahnya kita ikhtiar."

Mereka berbincang banyak hal tentang strategi ke depannya. Akan tetapi, Kuntala masih merasa Iskandar merahasiakan banyak hal darinya.

"Kak Kun, tolooong! Ibu Maryam penyakitnya kambuh lagi."

Kambuh lagi? Kuntala bertanya-tanya. Bukankah setelah mengobati ia yakin seharusnya sudah bersih. Mengapa bisa kambuh lagi? Apa jangan-jangan kiriman itu datang lagi?

Kuntala segera bergegas, dan ia merasakan suasana panas yang lebih mengerikan menyambutnya.

**
Subang 3 September 2021

SUAMI SILUMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang