10.2 Pertukaran

634 22 2
                                    

Fajar telah datang, keluarganya Kuntala sudah terbangun untuk menunaikan kewajiban pada Sang Pencipta. Kuntala pun telah siap dengan hidangan: teh panas, nasi hangat, dan goreng sosis ditambah mie kuah dengan bermacam sayur dan taburan tambahan goreng bawang menggugah selera makan Amih dan Caca yang memang, sudah menahan lapar semenjak kemarin sore.

Beberapa hari saat Kuntala menghilang, mereka hanya makan nasi sisa pemberian tetangga, itu pun jika mereka ingat. Malam tahlilan mereka makan sedikit kue yang dibawa tetangga. Mereka bertiga makan dengan sangat lahap.

Sembako berupa mie instan dan susu kaleng, memang, sering mereka dapatkan saat lebaran dan bantuan desa. Namun, mie dengan rasa seenak itu, dan susu dengan rasa selezat itu baru kali ini mereka mencicipinya. Katanya, makanan itu hanya ada di kota saja, sedangkan, desa mereka hanyalah desa yang sangat terpencil. Toko sembako satu-satunya milik juragan Bejo pun tak menyediakan makanan seperti itu.

***

"Kuntala, sesuai syarat yang kukatakan padamu sebelumnya. Memberi untuk bisa menerima. Maka, berbuat baiklah agar bisa menerima perbuatan baik. Kamu harus mencari sesuatu yang bisa ditukar dengan benda kebutuhanmu. Bisa benda berharga atau jasa. Sekarang masukan koin kuno itu. Pegang koinmu dan suwungkan dirimu," ujar Tuan Gaib sang leluhur itu, memberikannya petunjuk lagi.

Kuntala menggenggam koinnya. Meskipun banyak hal yang tak ia mengerti dan sering dikagetkan oleh hal-hal ajaib, perlahan ia mulai bisa menerima. Dia memercayai ucapan leluhur tanpa ragu.

Tak berapa lama koin di genggamannya menghilang. Setelah itu kemudian, muncul sebuah kitab kuno di hadapannya.

"Buku tua? Buku apa ini? Seperti kitab kuno?"

"Sampurasun. Perkenalkan, saya adalah Kitab Pusaka Jati Nirwana, adalah jagat alit segala pengetahuan semesta yang ada di dalam diri Anda, Tuan Raja Kuntala. Singkatnya, sebut saja, Ratu."

Kuntala terperenyak melihat kitab itu bisa bersuara. "Rampes." Kuntala menjawab tergagap-gagap. "Ratu ...? Apakah Anda sistem itu? Kenapa sistem ini bisa berbentuk buku?"

"Buku hanya tampilan luar. Raja bisa melihat dan mengetahui apa pun yang Anda ingin ketahui dari kitab ini."

"Benarkah?" tanya Kuntala antusias. Sejak diperlihatkan beberapa keajaiban oleh leluhurnya, Kuntala semakin menjadi penasaran. "Coba saya ingin tahu seberapa kuat saya?"

"Baiklah."

Tak berapa lama, muncul cahaya-cahaya dari dalam buku membentuk kumpulan cahaya terang. Lalu cahaya itu membentuk deretan angka dan kata.

Nama : Kuntala
Umur : 18 tahun
Kekuatan : Tingkat dasar bumi.
Kecerdasan : Tingkat dasar bumi.
Kekayaan : Tingkat pradasar
Status : Pradasar

....

"Apa arti semua ini, Tuan?" tanya Kuntala pada leluhur yang masih berdiri di dekatnya.

"Itu adalah segala rahasia mengenai dirimu yang bisa diungkapkan kitab itu. "

"Hah, sepertinya tingkatanku semua pemula?"

"Benar. Yang artinya kamu masih sangat miskin dan lemah. Belum mampu untuk naik ke tingkat lebih tinggi."

"Bagaimana caranya bisa naik tingkat?"

"Terus berlatih."

Kuntala mengangguk-angguk.

"Apakah kitab ini bisa menampilkan informasi mengenai musuh juga?"

"Bisa. Tapi untuk saat ini harus bertemu langsung. Belum bisa menggunakan ilmu telik sandi."

"Apa itu telik sandi?"

"Itu ilmu khusus untuk menyelidiki lawan secara tidak langsung."

Kuntala terkagum-kagum dengan kekuatan Kitab Ratu itu.

"Ah, Ratu! Apakah ada cara membuat saya memiliki uang? Saya khawatir anak buah Bejo kembali datang menagih hutang?"

Kuntala teringat tentang mencari jalan keluar dari kesulitan hidupnya saat ini.

"Sebentar, Tuan."

Kitab Ratu Jati Nirwana membuka halaman, lalu sebuah tulisan yang bercahaya muncul di atas permukaan kertas yang sudah terlihat lapuk itu.

"Pengabdian pertama untuk Tuan Raja! Mengobati istri Kades yang keracunan, dan menyembuhkan ibu dari Kapolsek yang sudah sakit menahun. Hadiah dari kitab pusaka adalah Warkha yang bisa ditukar dengan berbagai harta duniawi yang Tuan inginkan."

"Wah, menarik. "Kuntala bergumam, "Tapi, bagaimana bisa saya bertemu Kapolsek sedangkan di sini hanya desa terpencil."

"Tuan akan tahu sebentar lagi," jawab Jati Nirwana sang kitab.

Kuntala sangat menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya. Sebelumnya, hidupnya penuh penderitaan, lalu mengalami hal-hal yang menegangkan. Kedepannya, mungkin banyak hal ajaib dan menegangkan dalam hidupnya. Entah hal baik atau buruk, Kuntala pun menata hati untuk menghadapi semuanya.

Catatan:
Dulang: Baskom kayu/bambu
Sampurasun: Salam khas Sunda artinya mendoakan
Rampes : Jawaban salam mendoakan yang sama
Dipan : Tempat duduk/tidur terbuat dari papan/bambu

Bumi Sunda 31 Agustus 2021

SUAMI SILUMANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang