12. Hope

1.1K 115 30
                                    

Halilintar tak pernah berharap sedikit pun jika semua kata jahat yang terlontar dari mulutnya itu menjadi kenyataan. Setiap perkataan yang Halilintar lontarkan hanya karena amarah yang memuncak setiap melihat wajah sang adik.

Tak pernah terlintas sedikit pun dalam benaknya supaya Tuhan benar-benar mengabulkan setiap perkataannya.

Namun siapa sangka. Ucapan adalah do'a, kalimat itu memang benar-benar adanya. Halilintar merutuki setiap ucapannya dulu, mengapa kalimatnya sangat jahat pada sang adik.

"Kalo Upan mati, kakak bakalan maafin Upan kan?"

"Kenapa kakak perduli? Kak Hali kan benci sama Upan"

"Harusnya kakak seneng kan sekarang?"

Kalimat itu terbayang dalam pikirannya terus menerus, bagaimana saat Taufan mengatakan itu dengan tatapan teduhnya.

Dia sudah tidak bisa lagi untuk berkata-kata, semua ucapan Taufan tepat menohok ulu hatinya.

Halilintar yang dulu yakin sekali sangat membenci Taufan, kini merasa ragu.

"Maafin Upan, kak"

"Maaf kamu nggak bisa ngembaliin Bunda!"

"Maaf kak"

"Maaf kak"

Seribu kata maaf yang dulu terucap dari Taufan, dia selalu mengabaikannya. Padahal anak itu tidak bersalah namun dia yang harus menanggung semuanya.

Halilintar mengacak surai hitamnya kesal pada diri sendiri. Bagus sekali kini Taufan berhasil membuatnya terus dihantui rasa bersalah dan penyesalan.

"Bunda, maafin Hali"

"Tolong bantuin Hali buat perbaiki semuanya."

Halilintar berharap, Tuhan masih memberikan kesempatan dan tidak benar-benar mengabulkan ucapannya dulu.

*****


"Upan mau pulang, sekarang!" ucapnya, dia menolak suapan bubur dari sang kakak.

"Nggak bisa, denger kan kata dokternya. Harus banyak istirahat!"

"Kenapa?"

"Biar cepet sembuh"

Taufan tersenyum kecut mendengarnya, Halilintar tidak salah dialog kan? Lagi, sikap sang kakak membuatnya bingung.

"Gue nggak mau sembuh!" katanya tanpa ada sirat keraguan sama sekali mengatakan itu membuat seketika Halilintar terdiam.

"Fan"

"Upan serius kak, ayo pulang aja. Disini nggak enak, Upan juga nggak punya uang buat bayar biaya rumah sakit, biaya rumah sakit kan pasti mahal," balas Taufan.

Dia berkata jujur, untuk makan sehari-hari aja dia kesulitan apalagi buat bayar pengobatan rumah sakit. Taufan sudah cukup lelah dengan dua pekerjaan, dia tak mau lagi menambahnya.

"Itu urusan gue, Fan. Lo istirahat aja biar cepet sembuh"

Taufan menggeleng. "Kakak bercanda kan? Kenapa kakak ngarepin kesembuhan Upan" tawanya terdengar hambar.

Lucu sekali, Halilintar kembali bercanda dengannya. Mengharapkan dia sembuh? Mungkin lebih pantas mengharapkan kematiannya. Itu yang di idamkan oleh sang kakak dulu.

Sikap Halilintar memang agak berubah akhir-akhir ini, Halilintar terlihat lebih perhatian dan perduli padanya entah itu nyata atau hanya pura-pura.

Little Dream (Taufan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang