18. Fear Of Losing

1.1K 111 5
                                    

Happy Reading!

*****

Mungkin membuat Halilintar panik ketakutan sekarang sudah menjadi salah satu hobi Taufan ya?

Baru semalam anak itu menjerit dan menangis histeris ketakutan, bahkan kondisinya sempat drop lagi, tapi lihatlah sekarang sudah bisa cengar-cengir sendiri lagi.

Bahkan anak itu sedang santai dan fokus memainkan game di ponsel miliknya dan sesekali Halilintar menyiapkan potongan buah apel yang sudah dipotong-potong.

Dokter bilang telinga Taufan sudah rusak terlalu parah, walau memang anak itu memang sudah tidak bisa mendengar dari lahir namun setidaknya kondisi telinganya tidak separah ini sampai mengeluarkan darah.

Itu terjadi mungkin sering mendengar suara dengan volume keras, jadi walau sudah memakai alat bantu dengar mungkin alat itu sekarang tidak akan bisa membantu banyak.

Seperti pagi tadi Taufan mengeluh tidak bisa mendengar apapun untuk beberapa saat, lalu kemudian bisa mendengar lagi.

"Aaa lagi," titahnya, Halilintar menyumpal mulut Taufan yang sudah terbuka. Tangan gesit Halilintar menyambar beberapa lembar tisu, lalu segera mendekat pada sang adik.

"Pause dulu game nya."

Melihat tindakan Halilintar, Taufan menurut. Memperhatikan sang kakak yang sibuk membersihkan darah dari hidungnya.

"Pusing?" Taufan menggeleng pelan.

"Kalau ada yang sakit bilang." ucapnya, terdengar datar di telinga walau sebenarnya Halilintar tengah menahan ketakutan setiap melihat Taufan yang tiba-tiba mimisan seperti ini.

Halilintar masih tidak siap untuk semua kemungkinan yang terjadi nantinya.

"Iya kakak Hali bawel," balas Taufan dengan kekehan pelan.

Setelah selesai dia membuanh tisu kotor bekas itu pada tempat sampah.

"Udah?"

"Iya."

"Besok jadi kan kak?"

Alisnya terangkat sebelah bingung. "Apa?"

"Masa lupa iiih!" Taufan memajukan bibirnya kesal.

"Apa emang?"

"Katanya mau jalan-jalan!"

"Lain kali aja ya? Kakak janji bakalan ajak jalan-jalan, kan lusa kamu ada jadwal kemo."

"Nggak mau, harus pokoknya! Kan udah janji kemarin." kekeh Taufan.

Halilintar mengusap wajah pelan, Taufan sangat keras kepala ternyata. "Yaudah kalo dokter ngizinin ya?"

"Harus ngizinin pokoknya, kalau lain nggak ada kesempatan lagi gimana?"

"Fan!" peringat Halilintar tak suka, Taufan langsung bungkam.

"Maaf kak," katanya menunduk, Taufan tidak bermaksud bicara seperti itu tadi.

"Hhh... udah nggak papa, lain kali nggak usah ngomong yang enggak-enggak. Kakak nggak suka"

"Iya."

"Yaudah istirahat dulu sekarang, sini HP nya."

"Tapi besok jadi kan?"

Halilintar menghembuskan napas lelah, Taufan tidak akan menyerah sampai kemauannya terpenuhi. "Iya"

"Janji, harus pokoknya!"

"Iya, kakak izin dulu sama dokternya."

"Oke!" Taufan menyerahkan ponsel pada pemilik sebenarnya.

Little Dream (Taufan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang