Hallo
Maafkan akuh yang baru nongol karena terjebak antara wb and kesibukan.
Happy Reading
*****
Membuka mata perlahan yang Taufan rasakan pening langsung menghujam kepalanya, Taufan mengerjap pelan mencoba mengusir rasa peningnya.
Memaksa tubuhnya untuk segera bangkit dari tempat tidur dengan kedua tangan meremat rambut dikepala.
Rasanya seperti ditimpa ribuan ton besi, sangat menyakitkan.
Beberapa menit terlewat Taufan habiskan untuk duduk sejenak menunggu sakit ini hilang.
Setelahnya Taufan segera bangkit, atensinya tak sengaja menangkap sebuah kalender yang terpasang di dinding.
Tanggal 1 Maret.
Tak ada yang spesial ditanggal ini. Tapi di beberapa hari kedepan adalah ulang tahunnya.
Bibinya membentuk senyuman tanpa arti. Dia tak tahu harus bagaimana setiap bertemu dengan tanggal lahirnya, haruskah Taufan bahagia atau sedih?
Bukankah hari lahirnya adalah sebuah bencana? Karena dihari itu juga Bunda pergi meninggalkannya.
Haha, tidak lucu jika Taufan malah merayakan hari kematian sang Bunda dengan embel-embel hari ulang tahun kan?
Taufan ingat, dulu setiap tanggal lahirnya tak pernah sekalipun Taufan mendengar kata ucapan dari orang-orang, bahkan Ayah.
Ayah bahkan akan menghabiskan waktu seharian dikamar setiap tanggal itu, begitu juga dengan Halilintar.
Kali ini apa yang dia harapkan, sama seperti tahun-tahun sebelumnya, Taufan hanya akan berziarah ke makam Ibunya.
Taufan menggelengkan kepalanya, menepuk kedua pipinya pelan. "Aish, ngapain juga gue ngelamun ya," gerutu Taufan pada diri sendiri, dia melirik jam yang terus berjalan.
Waktunya bersiap untuk kembali menjalani hari.
"Salah nggak ya, kalo gue pengin sekali aja ngerayain yang namanya ulang tahun?"
"Tapi kayaknya nggak bisa deh, kelahiran gue kan sebuah bencana-
....nggak pantes buat dirayain."
*****
Terkadang Taufan itu sayang jika harus pergi ke kantin, sedikit tidak rela harus menjajankan uangnya.
Sebut saja dia adalah tipe orang yang pelit untuk diri sendiri dan lebih sayang pada uang, ya mau bagaimana lagi untuk mengumpulkan uang dia harus kerja mati-matian.
Jadi karena itu Taufan lebih suka dan banyak berdiam diri dikelas saat jam istirahat dari pada harus pergi ke kantin, pasalnya terkadang Taufan sedikit tidak bisa mengendalikan diri jika sudah melihat jajanan yang dia suka.
Yang Taufan pikirkan, jika dia bisa jajan sekarang. Apakah besok masih ada uang untuk makan? Pemikiran sepele, namun bagi Taufan itu hal besar yang perlu dia pikirkan.
Karena itu Taufan banyak menolak ajakan Blaze pergi ke kantin dan menyibukan diri dengan apapun saat istirahat.
Taufan berjalan santai kembali menuju kelas setelah menyelesaikan pembayaran administrasi uang sekolah, walau sempat mendapat respon ketus dan omelan dari staff disana akhirnya Taufan bisa mencoret satu beban lagi kebutuhan hidupnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Dream (Taufan)
Teen FictionEND (REVISI) "Maaf kak."-Taufan "Kalo maaf lo bisa ngembaliin Bunda sama Ayah gue maafin."-Halilintar