19. Good Bye

2.1K 131 40
                                    


Happy Reading!

*****

"Kakak, besok aku mau kita ke pantai," bibir pucat itu bersuara lirih.

"Mau ngapain ke pantai?"

"Em... main air, bikin istana pasir, liat sunset" Halilintar hanya mengangguk.

"Tapi sebelum ke pantai, Upan mau ziarah ke makam Ayah Bunda dulu, bolehkan?" pintanya.

Halilintar mengiyakan tanpa membantah, lagi pula dia sudah berjanji pada sang adik agar besok menjadi hari istimewa baginya.

"Udah malem, sekarang istirahat kalau besok mau ke pantai," titahnya, Taufan menurut tanpa bantahan.

Halilintar memperbaiki posisi bantal serta membantu sang adik agar nyaman pada posisinya. Perlahan netra Taufan mulai terpejam, terbuai ke alam mimpi.

Berteman dengan kesenyapan, Halilintar hanya mengamati setiap lekuk wajah pucat Taufan yang sudah tertidur damai.

Kedua sudut bibir itu terangkat samar membentukan sebuah ukuran senyum tipis. Melihat Taufan itu seperti melihat Bunda, karena Taufan memang hampir mewarisi semua gen Bundanya.

Bodohnya ia pernah membenci sosok duplikat Bunda.

Satu tangannya terangkat mengusap puncak kepala Taufan perlahan, beberapa helai rambut tertempel di telapak tangan membuat hatinya tiba-tiba berdesir.

"Kalau gue pergi nanti, apa kak Hali bakal hancur?"

"Bunda, tolong jangan bawa Taufan dulu." gumamnya lirih.



*****

Keduanya menghentikan langkah ketika sudah sampai didepan dua gundukan tanah yang saling berdampingan.

Taufan berjongkok diikuti Halilintar, dia mengusap pelan nisan sang Bunda sembari membayangkan jika Bundanya benar-benar ada didepan Taufan sendiri saat ini.

"Bunda, kali ini Upan nggak sendirian lho kesininya." Taufan mulai berucap sambil tersenyum tipis sedangkan Halilintar hanya diam memperhatikan adiknya.

"Upan bareng sama kak Hali hari ini," ujar Taufan.

Di pimpin Halilintar, mereka berdua berdoa didepan makam kedua orang tua mereka, mendoakan kebaikan untuk keduanya.

"Kak, mana hadiah ku?" Taufan menjulurkan tangannya tak tahu diri setelah Halilintar menyelesaikan doanya.

"Lah, ini??"

"Mana?"

"Katanya nggak butuh hadiah, cuma mau jalan-jalan seharian,"

Taufan memutar bola matanya jengah. "Masa beneran nggak ngasih hadiah sama sekali buat gue?!"

"Ya enggak lah"

"Bunda!" Taufan merengek tiba-tiba, mengadu pada makam Ibunya seolah jika Bunda benar disana. "Pelit ih kak Hali!"

"Udah deh, nggak usah kaya bocah!"

Taufan mencibir sesaat, kemudian terdiam. "Kak, kalau gini kita kaya beneran keluarga kecil yang lengkap ya?"

Ucapan Taufan membuat Halilintar terhenyak.

"Ada Ayah, Bunda, Kakak dan aku. Kalau aja Ayah Bunda masih emang beneran masih ada" pemuda itu tersenyum membayangkan ucapannya sendiri.


"Pasti kita bakalan jadi keluarga yang sangat bahagia."


Little Dream (Taufan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang