9

572 130 18
                                    

Setelah merapikan diri dan memakai sebuah gaun berwarna merah bercorak putih yang mewah, Laurette mengangguk puas melihat penampilannya. Karena hari ini Julian mengatakan akan menjemputnya untuk penggambilan sempel darah, maka Laurette memilih untuk memakai gaun mewah yang Julian berikan dan mencuci mukanya. Dia tidak peduli pada perintah Sagrahan, bisa-bisa dia ditertawakan jika memakai arang di muka! Namun, harus dia akui entah mengapa wajahnya menjadi terlihat lebih cerah dan cantik berkali-kali lipat setelah mencuci muka.

Sementara ini, akademi akan diliburkan selama beberapa hari untuk menyiapkan turnamen Luminari yang akan diadakan. Laurette tidak terlalu penasaran pada turnamen itu, sebab pikirannya sekarang lebih tertuju pada perkataan Morelia kemarin. Dia bingung bagaimana caranya untuk tidak melibatkan perasaan dengan laki-laki dan sebagainya. Apa dia harus menjaga jarak dengan mereka begitu? Lalu bagaimana dengan Sagrahan? Dia kan juga lelaki. Sepertinya Laurette harus segera mencari cara untuk memisahkan ikatan di tubuh mereka. Baiklah, kalau begitu Laurette akan menjaga jarak dan mencari cara memutuskan ikatan dengan Sagrahan. Dia tidak mau terlalu percaya diri, tetapi Helios yang sudah berubah menjadi gila sudah membuatnya cukup takut. Untung saja lelaki itu tidak nekat untuk menggebrak asrama miliknya.

Saat ketukan pintu terdengar dari luar. Laurette menyahut dan hendak pergi. Namun, langkahnya dicegat oleh Sagrahan lebih dulu. Lelaki itu menatapnya dengan pandangan tidak suka. "Kenapa kau mencuci muka?"

Laurette mengalihkan pandangan. "H-habisnya mukaku terasa sangat kotor. Aku tidak mau jerawatan."

Sagrahan mencengkram dagu Laurette dan mengarahkan wajah gadis itu padanya. Laurette meringis merasa kesakitan. Dia lupa bahwa Sagrahan tetaplah laki-laki sombong yang kasar dan seenaknya. Sungguh sifat yang sangat dia benci. "Sudah kubilang, kau harus mematuhi perintahku! Kau mengerti?"

"Shh, lepaskan! Iya aku mengerti!"

Sagrahan tidak melepaskan cengkramannya. Dia malah menarik tangannya agar wajah Laurette semakin mendekat dengannya. Kemudian tangan besarnya mengusapkan arang secara acak pada wajah Laurette. Laurette hanya dapat memaki laki-laki itu dalam hati dan mengutuknya. "Bagus, sekarang pergilah."

Laurette menggemeretakkan gigi dan pergi dengan menghentakkan kakinya. "Aku benci padamu!"

Kemudian gadis itu menutup pintu dengan cepat tanpa menunggu balasan Sagrahan terlebih dahulu. Izek yang sudah menunggu Laurette sedikit terkejut saat melihat wajahnya yang kotor seperti pengemis. Bukannya jijik, lelaki itu malah terheran-heran. Biasanya wanita akan berlomba-lomba untuk berdandan ketika ingin menemui tuannya. Namun sepertinya perempuan di depannya adalah satu diantara nol kemungkinan. Atau mungkin, dia sudah tidak waras. Ah, bisa-bisa Izek dipenggal jika mengatakan Laurette tidak waras.

"Mari Nona, saya akan mengantarkan Anda pada Tuan Julian."

Laurette mengangguk dan mengikuti Izek dari belakang. Meskipun akademi diliburkan, beberapa murid masih ada yang menempati asrama karena malas pulang ataupun karena alasan lain. Dan sialnya, para siswa dari keluarga bangsawan tinggi dan kerajaan masih memilih untuk tinggal di sini. Laurette sedikit malu saat melewati mereka yang menatap dia dengan pandangan menghina. Ini semua gara-gara Sagrahan! Dia pasti akan membalas dendam pada laki-laki itu suatu hari nanti.

"Apakah wajahku sejelek itu sampai mereka menertawakanku?" Laurette bertanya pada Izek di depannya sembari terus berjalan.

Izek berhenti sebentar, menunduk dan menoleh ke belakang. "Saya pikir ... Anda masih cantik Nona."

The Queens Monarchy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang