Laurette terbangun saat cahaya pagi menyentuh wajahnya yang cantik melalui jendela terbuka. Dengan pelan, dia meregangkan tubuhnya di tempat tidur. Namun, tiba-tiba dia merasakan sesuatu yang keras menyentuh tangannya. Dengan cepat ia memalingkan kepalanya dan menemukan seorang lelaki tampan tanpa mengenakan baju atasan tengah tertidur nyenyak di sampingnya. Jantung Laurette berdetak kencang, dan pipinya memerah seperti terbakar.
"Ahh!!! Siapa kau?!" Laurette memekik, melemparkan bantal yang ada di tangannya ke arah lelaki itu yang perlahan terbangun karena terganggu.
Lelaki itu duduk dengan santainya, masih terlihat mengantuk meskipun sudah pagi. "Apa yang sedang kau lakukan?"
"Apa yang kau lakukan?! Ini adalah kamarku!"
"Kau lupa?"
"Apa maksudmu?" Laurette memalingkan wajahnya, berusaha untuk tidak terus menatap pahatan sempurna Tuhan di hadapannya. Saat ia tenggelam dalam pikirannya, tubuhnya tiba-tiba tertarik ke depan dengan ajaib. Ia memekik dan membeku saat mendapati dirinya duduk di atas pangkuan lelaki itu. Tubuh Laurette terasa terpaku, sulit untuk bergerak. Aroma maskulin lelaki itu memenuhi indera penciumannya dengan memabukkan. "K-kau ... apa yang kau lakukan?"
"Kau memang seorang manusia." Lelaki itu mencium aroma rambut Laurette.
Laurette bergidik geli dan mencoba melepaskan diri dari pangkuan lelaki itu, tetapi kekuatannya tidak sebanding dengannya. "L-lepaskan aku!"
"Kau memang suka memberontak, ya? Sayang sekali, aku tidak menyukai orang yang tidak patuh."
"Memangnya aku tanya?!" Laurette berusaha keras melepaskan diri, namun kekuatan lelaki itu terlalu besar.
"Diam."
Satu kata itu seolah menyuruh tubuh Laurette untuk berhenti bergerak. Gadis itu merasa panik ketika tubuhnya mematuhi perintah lelaki itu tanpa bisa berkutik. "Jangan macam-macam dengan diriku." Laurette mendesis saat tangan lelaki itu menyentuh rambut gelapnya.
Lelaki itu tidak menjawab dan terus mencari sesuatu di sekitar telinga kanan Laurette. Ketika matanya menemukan sebuah simbol naga, gerakannya terhenti. Dia diam sejenak lalu merapalkan mantra yang tidak dimengerti Laurette.
"Apa yang kau lakukan?"
Lelaki itu masih diam, tidak memberi jawaban. Lalu, dia mendapati sesuatu yang aneh dan menghela napas. Dia hendak pergi meninggalkan Laurette begitu saja.
"Hei! Apa yang kau lakukan?! Bebaskan aku!" Teriakan Laurette membuat lelaki itu terdiam sejenak. Kemudian, dengan mengibaskan tangannya ke udara, tubuh Laurette dapat bebas bergerak dan ia terdorong menjauh hingga jatuh ke sofa dan kemudian terjerembab ke lantai kayu.
Laurette memegangi dahinya yang berdenyut dan menatap lelaki itu dengan rasa benci. Namun, dia merasa tak berdaya, tidak memiliki kekuatan apa pun untuk melawannya. Jadilah dia pasrah, meskipun masih menggeram dengan kesal.
"Kau benar-benar tidak bisa mati, makhluk rendahan."
"Dasar makhluk sombong!"
Lelaki itu menggeram. "Jangan menghina aku."
"Mengapa? Kau memang sombong-ughh!" Saat lelaki itu mendekat dan mencengkram dagu Laurette seperti sebelumnya, gadis itu menatapnya dengan penuh kebencian. Lelaki kasar yang tidak memiliki sopan santun, dia benar-benar membenci tipe orang seperti itu! Matanya yang berwarna amethyst terlihat menusuk jiwa Laurette. Namun, entah mengapa, dia tidak merasa takut sama sekali dengan aura yang dilepaskan lelaki itu sejak tadi. Setelah melepaskannya, lelaki itu menghembuskan napas dan hendak pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queens Monarchy [END]
FantasiaLaurette dan para ratu lain mempertaruhkan semua keadilan hidup mereka untuk berjalan dikegelapan. Demi mendapatkan kebebasan bagi para wanita di daratan Meloig, yang masih menganut sistem patriarki absolut. Dari berbagai latar dan alasan, mereka d...