Seharusnya, Blair menurunkan egonya pada saat itu.
"Aku tidak percaya aku benar-benar akan menyusul mereka." Blair menggerutu disepanjang jalan.
Pada akhirnya, dia meninggalkan Ursula sendirian di sana. Apa yang dikatakan Ursula memang ada benarnya. Persoalan tentang Valkaz yang juga dia curigai. Sebagai orang yang menyukai rahasia orang lain, Blair tidak mungkin belum pernah menyelidiki pilar Meloig itu. Ada banyak tanda tanya untuknya, tetapi Blair tidak berani mengungkapkannya meski wajah Valkaz terlihat seperti orang yang baik.
"Bukan karena dia tampan, hatinya juga tampan," kata Blair sambil mengangguk-angguk.
"Permisi Nona, apa aku boleh bertanya?"
Suara itu menghentikan segala pikiran Blair dan membuatnya berhenti. Dia berbalik untuk memandangi pria di depannya yang ... luar biasa berbeda. Ketika melihat pria itu Blair merasa aneh. Bukan karena penampilannya yang cukup memukau, mungkin sangat memukau, juga tubuh tegapnya yang kokoh, ataupun tatapan matanya yang tegas, dan rahangnya yang tajam, pun dengan alis setajam elang yang tebal, dan bibir merah alami, bisa juga dengan warna mata hitam yang begitu pekat juga memesona, atau rambut hitam panjangnya yang berkilauan, apalagi wajahnya yang memancarkan cahaya eksentrik, tetapi auranya juga tidak bisa ditinggalkan tanpa perhatian begitu saja, beserta otot-otot yang terpaut jelas dibalik pakaian ketatnya, tingginya pun melebihi milik matenya yang tidak berguna, Blair yakin kalau lelaki ini lebih tampan dari siapap—
"Permisi Nona?" ulangnya lagi.
Sontak Blair menghilangkan segala pikirannya yang terlalu gila. "E-eh iya, apa yang Anda tanyakan tadi?"
Pria itu tersenyum tipis, tetapi sudah mampu membuat Blair yakin kalau Edmund hanyalah debu dibandingkan orang ini. "Apa Anda akan pergi ke kerajaan para penyihir?"
Ini aneh dan juga mengganggunya.
"I-iya, apa Anda juga ingin pergi ke sana?"
Pria itu tersenyum lagi, tetapi Blair yakin kalau senyum itu adalah palsu untuk meluluhkan hatinya. "Bisakah kita pergi bersama? Saya belum tahu jalan kesana."
'kan, pikiran itu lagi.
Tanpa menghiraukannya, Blair mengangguk dengan cepat. "Boleh saja, mari kita berangkat."
Pria itu tersenyum a sesaat, dan mengikuti Blair dari belakang.
"Dia tidak memberiku apapun, dan ketika aku bertemu orang yang cocok untuk masa depan dia malah muncul," gerutunya yang masih bisa didengar pria itu.
Ayah Blair yang tidak berguna itu, Raja peri yang telah mati mengenaskan itu, pernah menjadi seseorang yang cukup bijak di mata Blair sepanjang hidupnya. Hanya sekali. Hanya sekali saja. Yaitu ketika Blair ditinggalkan di desa peri terpencil, dan dia mengatakan, 'Saat bertemu orang asing selalu tanyalah namanya, dan darimana dia berasal. Kau tidak mengenalnya.'
Hanya itulah kata-kata bermanfaat yang dikeluarkan dia untuk Blair selama hidupnya.
"Apa Anda tengah memikirkan sesuatu?" Pria itu bertanya.
"Ah, tidak-tidak. Hanya beberapa memori buruk."
"Aku kira sepertinya itu memori yang cukup berharga," komentarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queens Monarchy [END]
FantasyLaurette dan para ratu lain mempertaruhkan semua keadilan hidup mereka untuk berjalan dikegelapan. Demi mendapatkan kebebasan bagi para wanita di daratan Meloig, yang masih menganut sistem patriarki absolut. Dari berbagai latar dan alasan, mereka d...