Laurette membuka matanya perlahan saat sinar matahari menyinari tubuhnya dengan hangat. Kehangatan itu membangkitkan kesadarannya akan keberadaannya dalam sebuah ruangan besar yang tampak begitu mewah. Dia merasa sedikit pusing dan mengerang, ingatan tentang pria misterius yang mencengkram dagunya masih menghantuinya.
"Kau sudah sadar," ucap Julian. Lelaki itu duduk dengan anggun di kursi mewah di samping tempat tidur Laurette.
"Julian? Di mana aku?" tanya Laurette bingung.
"Kau berada di kediamanku."
Laurette terpesona oleh keindahan dan kemegahan tempat tinggal Julian. Ketika pandangannya tanpa sengaja menangkap pemandangan dari jendela yang terbuka, ia dengan cepat berdiri dan mendekat tanpa mengindahkan etiket yang baik di mata Julian. Meskipun lelaki itu sebenarnya ingin menasehatinya, dia mengingat bahwa Laurette berasal dari dimensi lain, jadi dia memutuskan untuk mengikutinya saja.
"Wah, ini benar-benar nyata! Aku seperti berada di dalam sebuah novel isekai! Hidup dunia lain!" gumam Laurette, dia takjub melihat pemandangan di depannya. Mansion mewah dengan nuansa kebangsawanan, luas yang mengagumkan, dan taman yang indah membentang di halaman. Tidak hanya itu, Laurette juga dapat melihat prajurit atletis sedang berlatih tanpa atasan. Pemandangan itu membuatnya terpesona. Julian yang berdiri di sisinya, hanya mampu terdiam. Apakah semua wanita seenergik Laurette saat melihat kemewahan?
"Tunggu, tunggu, jadi kau ... bukan seorang budak?!" seru Laurette kaget.
Julian tersenyum tipis. "Benar, aku bukan budak. Aku sedang menyelidiki kelompok penyihir gelap."
Laurette membungkam mulutnya untuk tidak berteriak. "Jadi di sini ada sihir juga?"
"Tentu saja."
"Gila ..." Laurette menepuk pipinya sendiri. "Ini nyata, bukan?!" Dia menepuknya lagi dengan sedikit lebih keras. Saat hendak menepuk lebih keras, Julian menahan tangannya. Lelaki itu tertawa kecil yang membuat Laurette langsung terpana oleh ketampanannya. "Ini bukan mimpi, Laurette."
Laurette menepuk pipinya pelan dan menggelengkan kepala. Fokus, Laurette! Lelaki itu berbahaya! gumamnya dalam hati. "Bisakah kau membawaku berkeliling? Aku ingin melihat semuanya! Oh, maaf, aku terlalu bersemangat ..." Laurette menggaruk pipinya dan mengalihkan pandangan. "Tapi, aku pecinta genre fantasi akut, jadi aku tidak bisa menahan kesenangan ini. Lalu, bagaimana seharusnya aku memanggilmu? Yang Mulia? Tuan? Duke? Your Highness?"
Julian tertawa. "Cukup panggil aku Julian saja."
Laurette mengernyit. "Tapi sepertinya ada panggilan terhormat khusus ..."
"Itu hanya untuk orang luar. Kamu bukan orang luar."
Laurette mengangguk, lalu Julian memberinya sebuah gaun sederhana sebelum mengajaknya berkeliling mansion yang megah itu. Setelah selesai berganti pakaian, Laurette keluar dari kamar dengan tergesa-gesa.
"Julian! Apa gaun ini cocok untukku?"
Julian sedikit terkejut melihat penampilan asli Laurette. Selama ini, dia hanya melihatnya dalam versi pengemis. Ternyata gadis itu cantik, bahkan sangat cantik. Julian merasa sedikit tegang, sejak kapan dia peduli dengan penampilan wanita?
Laurette mengibaskan tangannya di depan wajah Julian yang memiliki pandangan kosong. "Julian? Julian? Julian! Kau baik saja?"
"Ah, eh, iya, ehm. Baiklah, ayo aku akan mengajakmu berkeliling."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queens Monarchy [END]
FantasiaLaurette dan para ratu lain mempertaruhkan semua keadilan hidup mereka untuk berjalan dikegelapan. Demi mendapatkan kebebasan bagi para wanita di daratan Meloig, yang masih menganut sistem patriarki absolut. Dari berbagai latar dan alasan, mereka d...