"Dasar berengsek!"
Helios merasakan sisi kanan pipinya terasa panas dan berdenyut-denyut akibat tamparan keras dari gadis di hadapannya. Semua bermula beberapa saat yang lalu dan masih terhubung dengan peristiwa beberapa hari sebelumnya. Izinkan Laurette untuk menjelaskan dengan singkat.
Perkenalkan namanya adalah Laurette Sullivan, seorang anak berusia 17 tahun yang baru saja lulus dari masa mencekam sekolahnya, SMA. Dalam beberapa waktu, dia sudah dekat dengan seorang lelaki muda yang cukup tampan dan baik hati bernama, Helios. Laurette mengenal lelaki itu saat dia bekerja di salah satu kafe di dekat sekolahnya. Helios selalu meluangkan waktunya setiap sore untuk berada di kafe tersebut. Laurette yang memiliki jadwal bekerja sore selepas sekolah terpaksa harus terus bertemu dengan lelaki itu. Awalnya gadis remaja itu sedikit mengagumi Helios, tetapi lama-kelamaan Helios mulai menunjukkan rasa suka yang begitu kentara. Sehingga Laurette akhirnya mencoba membuka hati untuk pria itu. Hati yang tidak pernah dia biarkan runtuh pertahanannya.
Mereka tidak pacaran, hanya saja dalam masa pendekatan. Alasannya karena Laurette tidak ingin membiarkan hatinya jatuh pada orang yang salah. Dan benar saja, hari ini Laurette melihat sesuatu yang telah Helios sembunyikan selama ini. Ketika dia hendak menemui Helios untuk memberi hadiah karena hari ini adalah hari ulang tahunnya, Laurette tanpa sengaja melihat Helios bersama teman-temannya sedang membicarakan dirinya di sebuah restaurant mewah. Kenapa Laurette bisa sampai di sini? Dia mengetahuinya karena Helios sendiri yang mengatakannya.
Akhirnya, Laurette memilih duduk membelakangi Helios dan teman-teman wanitanya yang duduk sangat menempel dengan lelaki itu. Satu hal yang bisa dia simpulkan saat telinganya menangkap kalimat-kalimat gunjingan mereka terhadap dirinya, yaitu Helios hanya menjadikan dia sebagai bahan taruhan saja. Teman Helios memberi taruhan pada lelaki itu untuk mendapatkan hati seorang gadis polos dengan pesonanya. Dan apabila dia berhasil, maka Helios bebas mengatakan apapun keinginannya pada teman-temannya.
Sungguh, bukannya sakit hati, perasaan Laurette untuk Helios malah lenyap dalam beberapa detik saja. Dia sangat murka saat harga dirinya diinjak-injak seperti itu. Maka tanpa basa-basi dan dramatisasi, Laurette langsung menarik kerah Helios keluar dari tempat duduknya dan menamparnya sekeras-kerasnya hingga bunyi renyah terdengar di seluruh restoran.
"Dasar lelaki hina! Aku doakan kau tidak akan punya istri untuk selamanya!" Laurette menginjak kotak hadiah yang telah ia siapkan untuk Helios diiringi dengan emosi yang membara. Kemudian ia pergi dengan langkah mantap, meninggalkan Helios yang masih terpaku, serta teman-temannya yang membeku. Mereka tidak mampu berpikir untuk sejenak. Gadis yang mereka rendahkan ternyata adalah sosok yang gila dan nekat. Meskipun merasa nyeri di pipinya, jantung Helios berdegup cepat, disertai pipi yang bersemu merah. Senyuman nakal merekah di wajahnya.
Ya, Helios adalah pria gila, yang sepertinya sudah menemukan kegilaannya pada Laurette.
***
Di sepanjang perjalanan pulang, Laurette menggerutu tanpa henti. Dia memilih berjalan kaki menuju rumahnya yang terletak cukup jauh dari restoran tempat sebelumnya. Ternyata, apa yang dikatakan almarhum neneknya benar adanya; Laurette tidak bisa dengan mudah mempercayai seorang lelaki. Neneknya selalu menyebut bahwa semua lelaki berbahaya. Kata-kata itu telah menanamkan keraguan dalam hati Laurette, membuatnya enggan membiarkan siapapun mendekatinya. Namun, saat bertemu dengan Helios waktu itu, dia merasa dirinya sudah dewasa dan siap untuk menjalani hubungan seperti itu. Tapi, sekali lagi, keputusannya terbukti salah karena ia mengabaikan wejangan neneknya. Ternyata, Laurette masih belum sepenuhnya memahami tentang lelaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queens Monarchy [END]
FantasiLaurette dan para ratu lain mempertaruhkan semua keadilan hidup mereka untuk berjalan dikegelapan. Demi mendapatkan kebebasan bagi para wanita di daratan Meloig, yang masih menganut sistem patriarki absolut. Dari berbagai latar dan alasan, mereka d...