Penelope adalah anak yang cerdik dan energik dari pasangan hakim dan seorang wanita bangsawan. Meski dia lahir sebagai seorang perempuan, hakim kerajaan sangat menyayanginya dan bersedia melakukan apapun untuknya. Namun, ada satu hal yang tidak bisa diakomodasi, yaitu menjadi seorang hakim seperti dirinya. Hakim kerajaan tahu bahwa hukum yang berlaku di Unterra tidak mengizinkannya. Meskipun begitu, dia sangat menyayangi anaknya.
"Apa Penelope masih marah pada Ayah?" tanya hakim kerajaan.
Penelope merapikan jubahnya sebelum berangkat ke akademi Orius. Setelah aksi hebatnya bertarung dengan werewolf dan memberi unjuk rasa besar-besaran di Unterra yang akhirnya ditolak, dia merasa kecewa dan marah. Entah pada dirinya sendiri ataupun pada pemerintah yang terus menentang mimpinya.
"Aku pergi dulu, Amarilis pasti sudah menungguku."
Hakim kerajaan menghela napas, kemudian membiarkan anaknya pergi.
Saat ini Penelope telah berumur 17 tahun, dia sudah memasuki akademi Orius satu tahun yang lalu. Amarilis adalah teman dekatnya yang juga masuk dalam perkumpulan STOP dan menjadi Shadows Heaven. Mereka berdua memiliki pandangan dan tujuan yang sama, sehingga bisa dikatakan sangat dekat.
Setelah berhenti di semua rumah besar, Penelope memerintahkan kusir kereta untuk pergi lebih dulu. Sebab dia ingin menumpang dan berangkat bersama Amarilis ke akademi Orius.
"Amarilis!"
"Penelope! Apa kau sudah siap?" tanya Amarilis.
Penelope mengangguk senang pada Amarilis. Sebenarnya dia dan Amarilis tidak pergi ke akademi, keduanya seringkali beraksi di kota-kota untuk membantu menangkap penjahat yang masih bebas. Tentu saja, hal ini mereka lakukan agar semua orang percaya bahwa wanita juga kuat, bisa diandalkan, dan baik hati. Namun, mereka harus menyembunyikan hal ini dari kedua orangtua mereka.
"Hei, pencuri!"
Penelope segera melompat ke atas bangunan dengan lincah. Dia mengejar perampok itu dari atas bangunan ke bangunan lain, sementara Amarilis mengejarnya di jalanan untuk mengalihkan perhatiannya. Saat perampok itu kehilangan fokus karena Amarilis bergerak seperti kilat, Penelope dengan cepat turun dan menangkapnya. Perampok itu pingsan begitu saja saat Penelope menendang kepalanya dengan keras. Pemilik tas yang dirampok menghampiri keduanya, mengucapkan terima kasih, dan merasa bangga ada wanita yang berani seperti mereka.
Amarilis dan Penelope sangat tersentuh. Kemudian, mereka bergerak pergi melompat ke atas bangunan dan menjauh dari kerumunan warga yang melihat mereka dengan aneh. Meskipun ada yang mendukung perbuatan mereka, masih banyak juga yang melihat mereka dengan pandangan aneh dan tidak suka. Kebanyakan dari mereka adalah laki-laki yang hanya diam melihat kejahatan pada wanita.
Jika seorang wanita dirampok atau menjadi korban kejahatan di tengah jalan, para lelaki tidak wajib membantu karena menganggap wanita itu sendiri yang lalai karena pergi tanpa seorang suami atau keluarga. Hukum di Unterra mewajibkan para wanita untuk tidak pergi keluar sendirian, sehingga para lelaki lebih sering menutup mata terhadap wanita yang menjadi korban kejahatan.
Penelope dan Amarilis berhenti di sebuah banner besar saat beristirahat dan membeli sebuah minuman. Banner itu seluas 20 meter yang terpasang di pusat kota Kafeela. Hal yang menyebabkan banner itu dikerumuni adalah karena tata letak kebahasaannya yang salah. Namun, bagi Penelope dan Amarilis yang melihat sebuah tanda S berbentuk ular di sebelah tanda strip tahu apa artinya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queens Monarchy [END]
FantasíaLaurette dan para ratu lain mempertaruhkan semua keadilan hidup mereka untuk berjalan dikegelapan. Demi mendapatkan kebebasan bagi para wanita di daratan Meloig, yang masih menganut sistem patriarki absolut. Dari berbagai latar dan alasan, mereka d...