33. At the Edge of Hope

307 65 10
                                    

Berita tentang perkumpulan SPOT yang menginginkan kebebasan bagi wanita tersebar ke seluruh negeri Unterra hingga ke seluruh klan. Banyak para rakyat yang menanggapi hal itu dengan positif khususnya para wanita yang telah mengetahui berita tersebut setelag aksi heroik mereka menyelamatkan Unterra dari serangan mendadak klan werewolf dan prajurit Cazelium yang telah berkhianat. Namun, tanggapan para pria justru sebaliknya, mereka menganggap bahwa hal itu tidak boleh dibiarkan sebab para laki-laki takut bahwa istri mereka ataupun anak-anak mereka tidak akan patuh lagi dan akan membangkang keputusan mereka. Namun, memang hal itulah yang sedang para wanita perjuangkan. Mereka bukannya ingin membangkang, tetapi mereka tidak ingin dipaksa untuk melakukan hal yang tidak mereka sukai.

Willem akhirnya mengadakan rapat untuk menangani hal ini. Karena sudah terlihat jelas bahwa pengaruh perkumpulan SPOT membawa rakyat Unterra pada dua kubu. Kubu pro dan kontra. Kubu pro setuju untuk memberikan hak kebebasan bagi wanita dan memberikan mereka hak yang setara seperti laki-laki. Kubu ini kebanyakan diisi oleh wanita yang merasakan ketidakadilan, kebanyakan dari wanita yang memiliki bekas luka, seorang wanita malam, dan beberapa laki-laki yang menghormati wanita sebagai sosok penting yang telah melahirkan peradaban. Sementara, kubu kontra kebanyakan diisi oleh lelaki yang sudah beristri, laki-laki yang merasa persaingan pekerjaan kedepannya akan ketat, dan laki-laki yang masih dalam proses pencarian jati diri. Mereka merasa usaha mereka dalam menggapai impian mereka akan dimulai dari nol lagi jika kebijakan pemerintah diubah. Artinya, persaingan di bidang pekerjaan seperti, pengusaha, dan mata pencaharian lain akan semakin ketat karena masuknya para wanita. Mereka menganggap hal ini akan menyebabkan sedikit gangguan pada sistem yang sudah berjalan selama ratusan tahun sebagaimana mestinya.

Pihak kerajaan telah berdebat hampir satu hari penuh untuk membuat keputusan akan hal ini. Tentu saja dengan mengikutkan dua wanita yang memiliki pengaruh besar di Unterra, Freyja dan Alexandria yang melawan belasan pejabat lain. Ya, bahkan para laki-laki hanya mengambil dua orang dari pihak wanita yang tentunya itu tidak adil. Meski hanya dua orang, Freyja dan Alexandria telah memaksimalkan usaha mereka hingga berhasil memperpanjang rapat hingga satu hari penuh atau 12 jam lamanya dengan istirahat selama 20 menit setiap 4 jam sekali. Ada tiga sesi untuk melakukan perubahan itu:

1. Mempertimbangkan proporsal perubahan.
2. Membahasnya secara detail.
3. Melakukan pengambilan suara untuk menentukan apakah perubahan tersebut akan disetujui atau tidak.

Setelah mereka berdiskusi panjang lebar dan melemparkan berbagai pendapat. Keputusan telah diambil dan ditentukan, yaitu: proporsal perubahan tidak disetujui.

Freyja dan Alexandria tentu sangat kecewa karena lagi-lagi mereka gagal untuk memberi keadilan bagi wanita. Akibat kericuhan ini, semua wanita makin dibelenggu oleh hukum Unterra. Mereka dilarang mengikuti suatu perkumpulan, bahkan perkumpulan SPOT terpaksa harus dihapus setelah melangkah sejauh ini.

Para dewan mengatakan jika perempuan diberi hak kebebasan mereka akan berbuat semena-mena dan tidak bisa patuh pada laki-laki yang akan menjadi suaminya kelak. Mereka bisa saja terus menentang keputusan suami saat membuat suatu rencana, hal ini diyakini akan merusak kehidupan rumah tangga. Namun, bukankah selama ini juga sudah seperti itu? Para laki-laki bahkan sudah merusak kehidupan rumah tangga dengan berselingkuh dan berpoligami dari istri mereka. Para wanita merasa marah karena alasan tidak masuk akal itu. Saat Freyja menentangnya, para dewan malah menjawab, 'karena pemimpin itu berhak memiliki banyak pendukung. Karena itu para lelaki bebas untuk melakukan poligami tanpa izin dari istri pertama dan selanjutnya.'

The Queens Monarchy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang