26. Sacrifice

352 73 4
                                    

Laurette merasa terkagum-kagum saat memandang danau luas yang terletak di antara pegunungan yang menjulang tinggi. Dia takjub oleh keindahan alam ini yang menghadirkannya pemandangan yang spektakuler dan menakjubkan. Danau tersebut memantulkan warna-warna langit dan pepohonan yang indah di sekitarnya, menciptakan suasana yang begitu menenangkan dan damai.

Namun, kekagumannya semakin meningkat ketika dia melihat dua batu raksasa yang kokoh menutupi lembah di sekitar danau. Batu-batu itu memiliki ukuran yang besar dan mendominasi panorama lembah. Pemandangan ini menambah daya tarik dan misteri tempat tersebut, karena batu-batu tersebut menonjolkan kekokohan alam dan kekuatan geologis yang ada.

"Selamat datang di Yagarsir."

"Wuahh, ini benar-benar nyata?" Laurette membuka mulutnya lebar-lebar dengan perasaan terpana luarbiasa. Bahkan Orion di bahunya juga menganga lebar.

Raenys tersenyum. "Tentu saja. Tapi, untuk menemui Valkaz kita harus membuka jalan itu, Lau. Valkaz hidup bersama kaum Duskens dibalik lembah itu."

Laurette mengikuti arah telunjuk Raenys, dan seketika dia terkejut. "M-memangnya kita bisa membukanya?"

Raenys menggeleng. "Tentu saja tidak bisa. Namun, ada sebuah tuas saat aku datang ke sini dulu." Raenys mendekat kearah danau, saat Laurette ingin menyentuh danau itu dia menghentikannya. "Jangan sentuh, Laurette. "

"Kenapa?" tanyanya penasaran.

"Siapapun yang menyentuh danau, Jormungandr pasti akan bangun dan menyerangnya."

"Jormungandr? Apa dia datang dari Asgard?" Laurette bertanya dengan penasaran sebab nama mereka sangat mirip.

"Dia memang penjaga Yagarsir, Laurette. Dan sepertinya, tuas untuk membuat celah di antara bebatuan itu telah terendam di dalam danau." Raenys meneguk ludahnya saat menoleh pada Laurette.

"Lalu apa maksudmu, Raenys?" Laurette bertanya dengan sedikit kesal. Lalu bukankah sama saja mau tidak mau mereka harus masuk ke dalam danau?

"Tuas itu pasti terendam tidak jauh dari permukaan danau. Jika tuas di tarik ke arah simbol merah, maka batu raksasa itu akan membuat celah yang sangat kecil dan bertahan selama sepuluh menit. Lalu, agar kita bisa masuk, aku akan berusaha melebarkannya dengan mekanisme tersembunyi di permukaan batu itu." Raenys berujar.

Laurette mengusap wajahnya sebentar. Dia tahu Jormungandr itu seperti apa. Dia pernah melihatnya di film-film saat di bumi. Wajahnya mengerikan, dia sangat besar, dan tubuhnya berwarna putih dengan sisik-sisik keras. Setelah merenung beberapa menit, Laurette akhirnya berdiri tepat di depan danau. Dia adalah mantan atlet renang dulunya, dia bisa menahan napas lebih dari satu menit di dalam air, dan dia yakin dia pasti bisa menarik tuas itu.

"Baiklah, Laurette, kau pasti bisa," gumamnya pada dirinya sendiri. Laurette menoleh kembali pada Raenys saat menyadari pakaiannya sangat tidak nyaman dan tidak efisien untuk berenang. "Apa kau tidak punya baju lain? Berenang dengan baju seperti ini tidak nyaman."

Raenys menggeleng lemah. "Aku menjatuhkan kantong sihirku."

"Baiklah," katanya lemah, kemudian menolehkan kepala pada Orion. "Sialan, berubah jadi manusia."

Orion sedikit pusing saat pandangannya berubah normal kembali setelah menjadi seekor kucing. Dia memegang kepalanya, lalu menatap Laurette bingung. Tidak mungkin, 'kan? Gadis itu ingin dia menyelam ke danau. Memikirkan bertemu Jormungandr saja sudah membuatnya ketakutan. "Apa? Aku tidak ingin pergi ke dalam danau!"

The Queens Monarchy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang