27. Sacrifice

346 74 5
                                    

Setelah tiba di Unterra, Rosela segera menuju Ashrain untuk memberitahu informasi yang dia ketahui setelah menyamar sebagai salah satu elf di Navrhla. Namun, alih-alih panik, pria itu malah membawanya kepada seorang wanita bangsawan yang dikenal sebagai Narina Cazelium, yang selalu menjadi perbincangan hangat di kalangan masyarakat.

Namun, setelah mengetahui semua hal tentang rencana perempuan itu yang ingin meminta bantuannya, Rosela bahkan merasa kekagumannya melonjak drastis. Perempuan bijak, sopan, dan cerdas yang mampu menggerakkan para wanita yang telah ditekan selama ratusan tahun. Hanya ada kekaguman luar biasa dan penghormatan di hati Rosela padanya.

Saat ini dia tengah berada di sebuah panggung di tempat bawah tanah yang begitu luas bernama Shadows Heaven, tempat persembunyian para wanita yang mengikuti perkumpulan SPOT. Hati Rosela benar-benar tergiur saat mendengar sorakan mereka yang menyerukan kebebasan. Sudah lama desiran dalam nadinya tidak sepanas ini, bahkan melihat puluhan ribu dari mereka membuat bulu kuduknya merinding. Rosela sekali lagi menoleh pada Narina yang mengangguk kecil padanya.

"Perkenalkan, nama saya adalah Rosela. Seorang buronan ... seorang Assassins ... yang akan melatih Anda semua untuk meraih kebebasan penuh!"

Hampir semua wanita di sana berasal dari kalangan atas: anak bangsawan, anak pejabat, istri bangsawan, anak pengusaha, istri pengusaha, wanita berprestasi, dan wanita biasa dengan semangat membara. Meski Rosela memperkenalkan diri sebagai seorang kriminal, pembunuh bayaran yang terkenal, dan gadis dengan cacat di wajahnya, ia tak melihat kilatan kebencian dalam mata mereka.

"Kami ingin kebebasan!"

Rosela tersenyum, darahnya semakin memanas. "Kita akan memperjuangkan hak-hak yang seharusnya kita dapatkan!"

"Perjuangkan kebebasan!"

Teriakan menggelegar semakin menguatkan keyakinan para wanita untuk menapaki jalan ini. Mereka semua sudah bersumpah untuk memperjuangkan hak mereka. Ketika seorang wanita sudah berani keluar dari zona nyamannya, tak ada keraguan atas tekad mereka yang membara seperti kobaran api. Mereka berdiri di sana untuk diri mereka sendiri, ibu, adik, kakak, nenek, dan semua wanita yang mendambakan kebebasan, untuk meraih impian mereka!

"Kita akan melangkah maju, menggenggam tangan satu sama lain. Dalam persatuan, kekuatan kita tidak akan terbendung pondasi yang membatasi. Langkah kita ... adalah bendera perlawanan untuk kebebasan. Hari ini dan seterusnya ... kita akan mengukir sejarah untuk memperjuangkan hak yang sepantasnya. Meski darah harus dikorbankan ... kita tidak akan berhenti hingga meraih kebebasan!"

"Perjuangkan kebebasan! Kami ingin kebebasan!"

"Perjuangkan kebebasan! Kami ingin kebebasan!"

"Perjuangkan kebebasan! Kami ingin kebebasan!"

Ekspresi Narina berubah melembut saat mendengar teriakan dan sorak-sorai mereka yang semarak. Narina tersenyum puas, setelah semua hal akhirnya dia bisa bernapas untuk sejenak. Dia akhirnya bisa lega untuk sesaat. Meski dia tahu, walau tidak membutuhkan waktu yang lama, perjalanannya masih panjang.

Lucy dan Bellona yang berada di sisi Narina menepuk pelan bahu gadis itu. Mereka merasa bangga bisa berada di jalan yang sama dengan Narina. Untuk pertama kalinya, mereka benar-benar memiliki semangat untuk bebas dari dunia yang membelenggu ini!

"Perjuang kebebasan! Kami ingin kebebasan!"

***

Blair tengah membaca sebuah buku dan dokumen-dokumen penting yang telah diberikan oleh kumpulan Monarchy itu padanya. Semua yang berada dalam buku tersebut selalu berhasil membuat Blair tercengang dan tidak bisa berkata-kata, seakan-akan semua pengetahuan Blair selama ini masih sepuluh dari seratus persen. Gadis itu juga tidak mengerti kenapa para Monarchy yang misterius itu memberinya sebuah buku.

The Queens Monarchy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang