Dengan langkah mantap, Laurette memasuki aula pesta yang megah dengan gaunnya yang sederhana namun elegan. Namun, ketika pandangan para hadirin menemui dirinya, tergambar jelas tanda tanya di wajah mereka. Beberapa bangsawan berbisik-bisik dengan penasaran, sementara yang lain menatapnya dengan tatapan heran dan merendahkan.
Laurette merasakan rasa tidak nyaman menyelimuti suasana, tetapi dia tidak menyerah pada ketidaknyamanan itu. Dia memilih untuk menjaga sikap anggunnya, berusaha menunjukkan bahwa meskipun berbeda dari mereka, dia tetap memiliki martabat dan pesona yang patut diperhatikan. Di sisinya, ada Elijah yang menggandeng tangannya dengan erat berusaha menyalurkan ketenangan dengan senyum cerahnya. Laurette menghela napas dan tersenyum tipis, kemudian dia melangkah lebih percaya diri untuk menghampiri Raja Willem.
"Selamat malam, Yang Mulia. Semoga berkah abadi selalu mengiringi langkah Anda." Laurette dan Elijah memberikan salam dengan sopan pada Willem. Untungnya, Laurette sudah mempelajari beberapa hal dasar etika bangsawan sebelum dia datang kemari.
Willem menolehkan kepalanya, lalu mengamati Laurette sejenak yang baru pertama kali dilihatnya. Wajah gadis itu sungguh mempesona dan bercahaya malam ini. Seakan-akan dia adalah dewi lautan yang membawa ketenangan bagi orang yang melihatnya. Gaun yang dipakai Laurette berwarna hitam memancarkan kesan elegan dan misterius yang cocok dengan surai serta maniknya. Desainnya memiliki kain transparan yang menyerupai jubah di bagian belakang, menambah sentuhan anggun pada penampilannya. Lengan gaun yang panjang memberikan kesan romantis dan menawan. Terdapat ornamen cantik yang mempercantik gaun, memberikan sentuhan estetika yang memikat mata para penonton. Willem, terpukau pada kecantikan gemerlapnya untuk sesaat.
"Apa dia adalah gadis itu Elijah?"
"Ya, Yang Mulia. Namanya adalah Laurette."
Willem tersenyum puas. "Laurette, nama yang indah."
"Terimakasih, Yang Mulia," respon Laurette.
"Nikmatilah pesta ini kalian berdua. Aku akan pergi lebih dulu." Willem menepuk bahu Elijah dua kali dan beranjak pergi dari sana.
"Nah, sudah aku bilang tidak apa-apa, 'kan?" bisik Elijah. " Lihat Duke Alpherux dan Pangeran Helios hanya bisa melihatmu."
Laurette mengikuti pandangan Elijah pada dua sisi yang berbeda. Julian dengan pakaian serba putihnya, dan Helios dengan pakaian hijau kehitamannya. Kedua lelaki itu tampak begitu memukau, terlebih Helios telah dikerubungi oleh para gadis-gadis bangsawan seperti serangga. Namun, mata mereka tidak bisa lepas dari Laurette yang datang bersama Elijah seperti sepasang kekasih. Mereka melontarkan tatapan tajam seperti ingin menguliti tubuh Laurette setiap incinya dari jauh. Laurette segera mengalihkan pandangan karena merasa tidak nyaman dan enggan memiliki masalah lebih lanjut dengan mereka.
"Lau, aku akan membawa Julian pergi untuk membahas beberapa urusan, kau tidak keberatan 'kan sendirian di sini? Aku hanya sebentar," kata Elijah di sisi Laurette. Gadis itu mengangguk memberi persetujuan, kemudian Elijah membawa kakinya pada Julian.
Laurette menghela napasnya, lalu pergi ke beberapa tempat makanan yang telah disajikan dengan apik dan rapi. Gadis itu mengambil beberapa makanan dengan asal, kemudian memakannya dengan etika yang telah dia pelajari. Meskipun air mukanya terlihat tenang di luar, dalam hati Laurette sudah menyeringai, sekarang orang-orang bangsawan itu tidak bisa menghina dia sebagai babi lagi.
Laurette sedikit terkejut saat ada beberapa bangsawan lelaki yang membawa empat hingga tujuh istri mereka. Para wanita yang sudah menikah hanya dapat menundukkan pandangan dan terus mengikuti suami mereka pergi kemanapun. Persis seperti pelayan. Laurette mengepalkan tanganya, entah mengapa dia merasa tidak adil dengan hukum yang merendahkan wanita. Sebagai seseorang yang sangat mencintai dirinya sendiri—meski hidupnya dipenuhi kesialan—dia tidak tahan melihat ketidakadilan seperti itu. Apalagi Laurette berniat untuk hidup di dunia ini. Setelah Laurette tumbuh menjadi kuat, dia pastikan untuk mengubah hukum tentang wanita dan akan membuat mereka hidup dengan bebas. Laurette yakin, jika tidak ada hukum di mana wanita harus menjadi ibu rumah tangga, para lelaki di negeri ini tidak akan laku karena selain harta mereka tidak punya apa-apa lagi untuk dibanggakan. Benar, mereka semua jelek! Entah jelek hatinya ataupun tampangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Queens Monarchy [END]
FantasyLaurette dan para ratu lain mempertaruhkan semua keadilan hidup mereka untuk berjalan dikegelapan. Demi mendapatkan kebebasan bagi para wanita di daratan Meloig, yang masih menganut sistem patriarki absolut. Dari berbagai latar dan alasan, mereka d...