15. Hope

488 104 7
                                    

Kali ini semua bangsawan tinggi dari berbagai klan serta keluarga kerajaan dan para masyarakat yang ingin menyaksikan turut datang ke Glosarium. Sebuah tempat seperti stadion untuk menyaksikan turnamen Luminari hari ini. Mereka semua telah duduk dengan rapi di masing-masing tempat duduk dan menunggu Radelheig untuk menyelesaikan pidato pembukaanya. Turnamen Luminari biasanya memang diadakan setiap satu tahun sekali, para alumni yang telah lulus juga diperbolehkan untuk mengikuti laga persahabatan ini. Acara ini dibuat untuk meningkatkan potensi para siswa dan membuat semangat mereka berkobar untuk bertumbuh menjadi lebih kuat.

Julian di tempat duduknya telah menyebar seluruh prajuritnya yang diam-diam telah menyamar menjadi rakyat biasa. Dia yakin harusnya Laurette juga turut hadir dalam acara tahunan Orius ini. Jantung Julian berdetak kencang saat memikirkan Laurette yang akan kembali pada dekapannya. Ketika itu terjadi, dia pastikan akan mengunci Laurette hanya untuknya. Bahkan jika dia harus menempatkan Laurette di penjara dan mengisolasi dia dari dunia luar. Julian tidak sabar hanya dengan memikirkannya saja.

"Apa yang kau pikirkan?" Galen, selaku teman Julian semenjak berada di Orius bertanya padanya.

"Sesuatu .. yang menyenangkan," balasnya sembari menarik sudut bibirnya.

Galen mengalihkan tatapannya pada arena yang sudah memiliki dua petarung untuk melakukan duel. Namun, pikirannya tidak dapat terfokus sama sekali pada pertandingan itu. Dia meraup wajahnya, sedikit frustasi. Dia tidak mengerti apa yang terjadi pada keadaan di rumahnya, karena setelah dia pulang—dari wilayah Demuna di perbatasan wilayah Unterra untuk mengusir binatang magis yang mulai bertransmigrasi—tahu-tahu saja adiknya, Inez, sudah tidak ada lagi di rumahnya. Meskipun dia tidak dekat dengan Inez, Galen tetaplah kakaknya. Namun, karena jadwal yang terlalu sibuk, Galen sampai tidak tahu bagaimama cara keluarganya memperlakukan adiknya dengan kejam. Lelaki itu telah berada di kegelapan untuk waktu yang lama.

"Aku rasa aku ingin menyewa pembunuh bayaran," katanya pada Julian tiba-tiba.

"Kenapa?" Tanya Julian bingung.

"Inez, adikku hilang. Sampai saat ini Ksatria Harieth masih kembali dengan tangan kosong. Padahal dia sudah menghilang satu minggu yang lalu," jelasnya.

Julian tampak menautkan alisnya. "Mereka memang cepat, tetapi aku rasa mereka akan sama saja dengan prajuritmu."

"Kenapa?"

"Karena jika adikmu tidak berkenan ditemukan, siapapun orangnya tidak akan pernah menemukannya."

Kalimat Julian membuat Galen tersadar akan sebuah tanda tanya besar yang selalu menghantuinya selama ini.

Sementara di sisi lain, Para raja hingga Ratu Ursula sudah duduk dengan rapi menyaksikan pertarungan di arena. Atmosfer diantara mereka terasa begitu berat dan menusuk, tidak ada kehangatan yang terpancar seolah mereka sedang melakukan sebuah perang dingin.

"Raja Dale, apa Anda menyukainya?" Willem membuka pembicaraan diantara keheningan yang menyusup.

Dale mengetatkan rahangnya diam-diam. Namun, kurcaci itu tetap tersenyum tipis. "Apa maksud Anda, Raja Willem?"

"Maksud saya, pertarungannya, apa Anda suka?" Willem tersenyum puas.

Semua orang yang berada di sana sudah tahu apa yang terjadi. Kalimat sarkas Willem kembali membangkitkan hasrat mereka untuk saling membenci satu sama lain. Sama seperti Dale yang serakah, Ursula yang tidak ingin pasrah, Taulum yang menjilat Willem, Loranthor yang berada di ambang kehancuran, Alarik—Raja klan Merma yang bersitegang dengan Dale, Willem yang semakin sombong, dan Glareliatj yang memiliki harga diri tinggi tidak suka melihat kesombongan Willem, mereka semua terjebak dalam konflik tanpa terkecuali.

The Queens Monarchy [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang