6. Double Punishment

687 39 18
                                    

Jam beker yang ada di atas nakas samping tempat tidur Rey sudah berbunyi sejak lima menit yang lalu. Sekarang sudah pukul 05.40 dan Rey masih belum juga membuka kedua matanya.

Bunyi jam beker tersebut terus menggema di kamar Rey seperti meminta untuk dimatikan.

Akhirnya, dengan nyawa yang belum sepenuhnya terkumpul, Rey mencoba menggapai jam beker yang ada di atas nakas, samping ia terbaring di tempat tidurnya itu.

Dengan mata tertutup, Rey meraba-raba bagian atas nakasnya. Ia mencari benda yang daritadi mengganggu ketenangan tidurnya itu yang terus berbunyi dengan volume yang bisa memekakkan telinga, apabila tidak dimatikan segera.

Saat Rey sudah berhasil menggapai jam bekernya, sesuatu yang lengket langsung menghinggapi telapak tangan Rey.

Mata Rey yang sebelumnya tertutup rapat, langsung terbelalak ketika ia merasakan telapak tangan kanannya menjadi lengket dan kaku.

Rey langsung bangkit dari posisi tidurnya dan duduk di pinggir kasur. Ia mendekatkan telapak tangannya ke indra penciumannya itu, dan terciumlah sebuah bau yang menyengat.

Rey mengernyitkan dahinya. "Lem?"

Kenapa di jam beker gue bisa ada lem? batin Rey bertanya-tanya.

Rey berusaha menggerakkan jari-jari tangannya, namun gagal karena lem yang ada di telapak tangannya sepertinya sudah mengering.

Dengan gerakan yang cepat, Rey segera masuk ke kamar mandinya, dan menyalakan air hangat di wastafel. Ia membasuh telapak tangannya dengan air hangat dan sabun. Tak lama, telapak tangannya yang tadi terasa kaku, sudah lemas kembali dan jari-jari tangannya pun sudah bisa digerakkan dengan leluasa.

Karena sudah berada di dalam kamar mandi, Rey akhirnya memutuskan untuk langsung mandi dan bersiap-siap pergi ke sekolah.

Saat ini jam dinding di atas pintu kamar Rey sudah menunjukkan pukul 05.50. Setelah memasukkan buku-buku pelajaran untuk hari ini, Rey keluar dari kamarnya dan menuju lantai bawah.

Di lantai bawah masih sepi, bahkan lampu ruang makan dan ruang keluarga pun masih belum menyala. Biasanya, sudah ada Ibu Rey dan Devan yang duduk di ruang makan sambil memakan sarapannya, namun sekarang ruang makan masih sepi dan tidak ada orang sama sekali.

Awalnya Rey bingung mengapa rumahnya ini masih sepi dan belum ada tanda-tanda orang yang bangun, namun ia ingat kembali setelah melihat jam besar di ruang keluarganya.

Rey memang memutuskan untuk berangkat pagi-pagi sekali hari ini, tidak seperti hari-hari sebelumnya. Ia sengaja menghindarkan diri dari Devan dan meminimalisir dirinya bertemu dengan Devan, baik di rumah, ataupun di sekolah. Intinya, Rey berjaga-jaga dari segala hal yang mungkin Devan lakukan padanya.

Rey jadi teringat perkataan Andra padanya, bahwa Devan pasti punya banyak cara untuk mengerjainya. Oleh karena itu, Rey juga akan mencoba berbagai cara, agar ia tidak bertemu Devan, walaupun itu sedikit mustahil.

Dengan hati-hati, Rey membuka pintu depan rumahnya agar tidak menimbulkan suara yang bisa membangunkan orang-orang rumah.

Setelah memakai sepatu converse miliknya yang ada di rak sepatu, Rey masuk ke dalam mobilnya dan mengendarainya ke sekolah.

》》》《《《

Rey turun dari mobilnya yang sudah terparkir di lapangan parkir SMA Pramudja ini. Biasanya, lapangan parkir ini sudah dipenuhi oleh mobil-mobil para murid ataupun guru-guru SMA Pramudja, tapi sekarang hanya terlihat beberapa mobil saja yang sudah terparkir.

Rey berjalan menuju koridor lantai satu yang masih sepi oleh murid-murid. Hanya ada beberapa orang yang sedang duduk-duduk di depan kelas atau bahkan sekedar bercermin di wastafel depan toilet.

The RaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang