Epilogue

694 35 15
                                    

Hari-hari Rey berlalu seperti biasanya. Tidak ada sesuatu yang spesial. Ia melakukan aktivitasnya seperti hari-hari sebelumnya.

Oh, tunggu. Sepertinya ada yang aneh. Gadis yang biasanya duduk di belakang Rey ini sejak dua minggu yang lalu seperti hilang bak ditelan bumi.

Sejak pertemuan Rey dan Anya di lapangan parkir kala itu, Anya tidak pernah terlihat lagi di hari-hari selanjutnya. Hingga saat ini.

Awalnya Rey pikir, Anya hanya sakit atau izin selama beberapa hari. Tapi ... sekarang sudah dua minggu dan Anya masih tidak kelihatan batang hidungnya.

Rey sudah berusaha menahan dirinya untuk tidak menanyakan keberadaan Anya pada sahabatnya, Aris. Tapi sekarang ia sudah tidak tahan lagi. Ia sangat ingin tahu di mana keberadaan Anya. Ia khawatir dengan Anya.

"Ris," panggil Rey.

Aris menoleh pada Rey. "Apa?"

Rey menggaruk tengkuknya. "Hm ... temen lo di mana?"

"Siapa?" tanya Aris.

"Itu ... temen yang suka duduk bareng lo." Rey tidak berani menatap lawan bicaranya.

Aris menyeringai. "Anya maksudnya?"

Rey mengangguk ragu.

"Sekarang udah dua minggu, dan lo baru nanyain ke mana Anya? Basi." Aris melemparkan tatapan menghina.

Rey menatap Aris tidak terima. "Kalo lo gak mau ngasih tau, gak apa-apa kok. Gue juga gak peduli."

Rey sudah hampir membalik badannya lagi ke depan, sebelum Aris melontarkan kata-kata yang membuat Rey bergeming seketika.

"Anya pindah sekolah."

Rey perlahan menghadapkan badannya lagi ke arah Aris. "Apa?"

Aris tidak menanggapi pertanyaan Rey dan pura-pura tidak mendengar. Ia melanjutkan mencatat tulisan yang ada di papan tulis.

Rey merebut pulpen yang dipakai oleh Aris. "Anya pindah ke mana?"

"Balikin pulpen gue!" Aris berusaha menggapai pulpen yang diambil oleh Rey, namun tidak bisa.

"Apa susahnya sih tinggal bilang?" tanya Rey.

"Apa susahnya sih tinggal nyari tau?" Aris mendecak. "Kalo lo emang suka sama Anya, kenapa gak diperjuangin? Kenapa lo malah jadian sama Dytha?"

Rey mengepalkan tangannya. "Lo gak tau apa-apa."

Aris tertawa pahit. "Emang gue gak tau apa-apa, tapi gue tau kalo kalian tuh saling suka. Nih dari Anya."

Rey mengernyitkan dahinya melihat sebuah amplop yang diulurkan oleh Aris. "Buat gue?"

Aris mengangguk.

Rey mengambil amplop itu dari tangan Aris lalu memandanginya beberapa saat. Tangannya kaku dan matanya seperti terkunci pada amplop itu hingga ia tidak mampu untuk sekadar membukanya.

"Eh, Bu Siwi dateng!" seru salah satu murid.

Rey tersentak lalu langsung menaruh amplop itu di saku celananya.

》》》《《《

Rey menutup pintu kamarnya lalu duduk di pinggir kasur. Ia mengeluarkan amplop yang berada di saku celananya. Sebuah amplop putih biasa tanpa goresan tinta sedikit pun.

Rey membuka amplop tersebut perlahan. Secarik kertas berwarna cream langsung terlihat saat amplop itu telah terbuka sempurna. Rey mengambil kertas tersebut. Ia bisa merasakan tekstur yang sedikit kasar dari kertas itu

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 04, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The RaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang