11. Kesempatan

494 36 3
                                    

Rey memarkirkan motornya di lapangan parkir khusus motor, yang ada di SMA Pramudja. Ini adalah pertama kalinya Rey membawa motor ke sekolahnya. Biasanya, Rey akan membawa mobil, tapi karena kejadian kemarin--ban mobil Rey kempes--ia jadi terpaksa membawa motor ke sekolah.

Rey sudah menyuruh supir pribadi ibunya untuk mengambil mobil Rey yang ada di sekolah pagi ini untuk dibawa ke bengkel.

Setelah mencabut kunci dari motornya, Rey berjalan menuju kelasnya tanpa semangat, seperti biasa.

Tidak terasa, Rey sudah sampai di depan kelasnya. Ia membuka pintu kelasnya dan masuk ke dalam. Semua mata langsung tertuju pada Rey, namun setelah itu mereka kembali asik dengan aktivitasnya masing-masing.

Seperti biasa, Rey menuju ke bangkunya dan menaruh tasnya. Andra sudah duduk manis di sampingnya sambil berkutat dengan buku tulisnya.

Rey mendecak. "Sok rajin lo pagi-pagi."

Andra menghentikan aktivitasnya dan menoleh ke arah Rey. "Eh, lo kapan dateng?"

"Gue dateng aja lo gak nyadar," ucap Rey sambil memutar kedua bola matanya. "Ngerjain apaan sih lo?"

"Pr," jawab Andra singkat.

Rey membulatkan matanya. "PR APAAN?"

Andra menempeleng kepala Rey. "Berisik. Pr Ekonomi."

Rey merebut buku tulis Andra. "Gue nyontek ya, please, please."

"Gue aja baru nomor satu!" seru Andra kesal.

Rey menjambak rambutnya frustasi. "Gila, gimana nih, mana pelajaran pertama lagi."

"Liat punya gue aja." Suara cewek dari belakang Rey membuat ia memutar badannya ke belakang.

Anya--cewek itu--tersenyum lebar. "Liat punya gue aja udah selesai."

Rey tidak merespon apapun pada Anya. Pikirannya melayang pada kejadian tadi malam. Kejadian di mana Anya secara langsung... menyatakan perasaannya pada Rey. Dan Rey tidak suka perasaannya saat Anya menyatakan bahwa ia suka dengan dirinya. Rey merasa ini salah. Ini bukan tujuan utamanya.

Tujuan utamanya adalah Dytha. Ya, perempuan yang ia cintai. Ia harus mendapatkan Dytha kembali. Seperti rencana awalnya. Setelah itu, ia akan membalas dendamnya pada Devan, dan membuat Devan membayar semua yang ia lakukan pada dirinya.

Namun, semuanya jadi lebih rumit saat ia mengenal Anya. Ditambah lagi, dengan Anya menyatakan perasaan padanya. Ini menjadi tambah rumit lagi bagi Rey.

Rey memalingkan wajahnya. "Um, gak usah."

Andra meninju lengan Rey. "Lo gimana sih? Itu giliran dicontekin pr, malah lo nya yang gak mau."

"Rey?" panggil Anya. "Kenapa? Tulisan gue jelek ya? Atau lo gak yakin kalo jawaban gue bener? Atau--"

"--Stop. Gue gak mau aja," ucap Rey ketus.

"Aneh lo," cibir Andra. "Gue aja deh kalo gitu yang minjem. Boleh 'kan, Nya?"

Anya mengangguk pelan. "Hm, iya."

Rey memutar badannya kembali menghadap ke depan. Sebelum Rey membalik badannya, ia bisa melihat wajah Anya yang berubah menjadi muram, setelah Rey menolak tawaran pr Anya.

Rey sadar bahwa ia terlalu ketus pada Anya. Cewek itu hanya mencoba berbuat baik dengan memberikan pr nya, tapi yang Rey lakukan adalah menolaknya dengan sedikit kasar.

Dan Rey merasa sangat buruk sekarang. Ini bukan yang ia inginkan. Entah kenapa, melihat wajah Anya yang muram, membuat Rey merasa tidak enak. Tapi mungkin... ini yang harus ia lakukan.

The RaceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang